Nakita.id - Empeng alias pacifier banyak dimanfaatkan untuk menenangkan bayi yang menurut teori psikoanalis berada dalam fase oral (memperoleh kenikmatan dengan mengisap).
Namun, hingga kini sebenarnya pemakaian empeng masih menimbulkan pro dan kontra.
Bagaimana dengan Anda sendiri, apakah termasuk pro atau kontra?
Berikut beberapa alasan dari pihak yang pro maupun yang kontra pada empeng. Semoga bisa menjadi bahan pertimbangan.
ALASAN PRO EMPENG
• Empeng memberi kenyamanan sebab banyak bayi yang langsung tenang jika mengisap sesuatu.
• Memberikan "hiburan" sejenak. Saat bayi menunggu kita membuatkan makanan atau mengambilkan mainan untuknya, misal.
• Empeng bisa membantu bayi agar tidur.
Pada dasarnya, kebiasaan minum susu di tengah malam harus dihentikan secara perlahan-lahan, agar anak
bisa tidur sepanjang malam. Pemasangan empeng sebaga pengalih asupan cairan di malam hari sedikit banyak membantu proses tidur tanpa terputus ini.
• Penelitian membuktikan, mengisap empeng sewaktu tidur bisa mengurangi kasus kematian secara mendadak.
• Dapat langsung dibuang. Akan lebih sulit jika kita membiarkan si kecil mengisap jempol atau jari-jarinya karena jari adalah bagian dari tubuh bayi.
Sedangkan empeng bisa dilepas, bahkan dibuang.
ALASAN KONTRA EMPENG
• Empeng tidak dapat dijamin kebersihannya. Sering kali empeng yang jatuh ke lantai dipungut lalu dimasukkan lagi.
Itu berarti memindahkan kuman langsung ke dalam mulut.
• Empeng bisa memengaruhi pertumbuhan lengkung rahang anak jika lama digunakan.
Ketika anak sudah tumbuh gigi, adakalanya dia suka menggigit atau menarik empeng tersebut dengan giginya.
Mungkin karena gemas. Tapi tekanan yang timbul dari gerakan ini bisa memengaruhi bentuk rahang dan gigi.
• Kebiasaan mengisap empeng terus menerus bisa menimbulkan masalah bahasa dan pengucapkan kata.
Sebab mengempeng membuat bayi merasa tenang, sehingga ia lebih senang mengenyot daripada mengoceh. Padahai dengan mengoceh, bayi belajar berbicara.
• Penggunaan empeng juga dikhawatirkan dapat menyebabkan bayi terkena infeksi telinga.
Pasalnya aktivitas mengedot yang terjadi ketika bayi mengempeng dapat "menarik" cairan dari kerongkongan ke saluran tengah telinganya. Hal ini menyebabkan telinga si kecil lebih mudah terinfeksi bakteri.
• Bayi bisa sakit akibat terpapar kuman-kuman yang mungkin ada pada empeng. Karenanya, bersihkan dan sterilkan empeng setiap hari.
• Kegiatan mengisap empeng dikhawatiirkan akan terus melekat, bahkan hingga anak memasuki usia sekolah.
Tentunya akan lebih sulit dihentikan jika sudah menjadi kebiasaan.
Dampak yang timbul tidak hanya fisik tapi juga psikologis. Coba bayangkan bagaimana perasaan anak yang takut diejek karena masih mengisap empeng.
BILA TETAP INGIN DIBERIKAN
Bila tetap ingin memberikan empeng, hendaknya perhatikan hal-hal berikut:
• Untuk menghindari bingung puting, jangan memperkenalkan empeng di masa pemberian ASI eksklusif karena dapat mengganggu proses menyusui. Tujuannya juga supaya bayi mampu menguasai teknik menyusu dengan benar.
• Jangan memberikan empeng untuk menunda waktu menyusui. Sebelum memberikan empeng, pastikan bahwa bayi tidak sedang lapar. Kalau bayi
lapar segera susui dia. Jika kita langsung memberikan empeng, daripada ASI, si kecil tentu akan kurang mendapatkan asupan gizi yang baik. Pun produktivitas ASI akan terganggu karena ASI diproduksi atas dasar supply
on demand.
• Jangan terburu-buru memberikan empeng. Cobalah cara-cara lain terlebih dahulu untuk menenangkan atau membuat nyaman si kecil. Untuk bisa sukses mencari cara lain selain empeng, pelajari tangisan bayi. Apakah dia rewel karena hanya ingin digendong atau lapar? Penyebab nilah yang harus dicari.
• Batasi pemakaiannya. Gunakan empeng hanya pada saat-saat tertentu, bilamana berbagai cara sudah kita lakukan untuk menenangkannya tapi tidak juga ada yang berhasil.
• Pilih empeng orthodontic dan mempunyai pelindung yang berukuran lebih besar dari mulut bayi. Tujuannya, agar bayi tidak dapat memasukkan
seluruh empeng ke dalam mulutnya.
• Cuci empeng dengan sabun dan bilas dengan air hingga bersih. Lakukan setiap kali empeng tersebut kotor atau terjatuh ke lantai, atau setidaknya sekali sehari. Selalu sterilkan empeng (setelah dicuci).
• Jangan pernah mengikatkan empeng ke pita/tali panjang dan mengalungkannya ke leher atau tangan bayi, Salah-salah, si kecil malah bisa terjerat pita/tali empengnya.
• Buang karet empeng yang sudah robek, usang, berlubang atau ada bagian yang lepas. Ganti empeng si kecil dengan yang baru, paling tidak 2 bulan sekali. Lebih cepat juga tidak mengapa.
• Jika bayi menggigiti empengnya, beri ia teether sebagai gantinya. Ini untuk
menghindari kalau-kalau ada serpihan empeng yang ia gigit menyangkut di tenggorokannya. Memberikan teether jauh lebih baik. Bayi bisa berladh menggigit.
• Jangan gunakan dot yang ada di botol susu sebagai empeng.
• Jangan menyimpan empeng di dalam kantung plastik, karena lingkungan lembap di dalam plastik menyebabkan tumbuhnya jamur.
• Jangan memberikan madu atau zat manis lainnya pada empeng. Lagi pula, bay kurang dari 1 tahun belum boleh mengonsumsi madu.
• Jangan berbagi empeng dengan anak/bayi lain.
SIAPA YANG MEMBUTUHKAN EMPENG?
Penggunaan empeng dianjurkan bagi bayi-bayi prematur maupun bayi-bayi yang kerap terserang kolik untuk menenangkan mereka.
Bayi-bayi yang dirawat di NICU juga membutuhkan empeng karena mereka umumnya lama tidak minum dari dot.
Pemberian empeng bermanfaat untuk tetap merangsang refleks isapnya agar tidak hilang.
Bantu Kurangi Tanda Penuaan Dini, Collagena Hadir Penuhi Kebutuhan Kolagen Sebagai Kunci Awet Muda
KOMENTAR