Nakita.id - Bila anak berkata kasar, orangtua kerap bingung, apa yang harus dilakukan. Misalnya, anak berkata, “Ha ha ha... dasar bego, masa begitu aja enggak bisa,” cetusnya.
Memang, pergaulan di usia prasekolah yang semakin luas (tak hanya di dalam rumah lagi, namun di luar rumah dan di sekolah), selain memberikan efek positif, juga dapat menyumbangkan efek negatif.
Salah satu efek negatif itu, anak jadi mendapat perbendaharaan kata-kata kasar/jorok yang menyebabkan para orangtua bingung dalam mengatasi perilaku si balita yang satu ini.
Dari kacamata psikologi, peniruan merupakan salah satu faktor penyebab yang melatarbelakangi anak berkata kasar.
Perilaku suka meniru amat melekat pada anak-anak usia prasekolah. Apa yang dilihat atau didengar di lingkungannya, akan ditiru anak. Begitu ada sesuatu yang baru di lingkungan, termasuk kata-kata kasar/jorok akan cepat diadopsinya.
(Baca juga : Benarkah Perilaku Buruk Anak yang Seperti Ini Bisa Dikatakan Normal)
Selain itu, kemampuan anak di bawah usia lima tahun bisa mempelajari hal baru berkembang dengan pesat. Anak begitu bersemangat mengeksplorasi berbagai hal di lingkungan.
Seorang anak akan mudah untuk menyerap hal-hal baru yang ditemuinya, termasuk kata-kata tidak pantas. Akibatnya, anak berkata kasar.
SAAT ANAK BERKATA KASAR, AMBIL SIKAP
Pada umumnya, saat anak berkata kasar, ia belum memahami benar arti kata-kata yang ia ucapkan. Ia pun belum memahami, apakah kata-kata itu pantas atau tidak pantas untuk diucapkan.
Jadi, anak mengatakan hal itu bukan bermaksud memaki, tetapi semata-mata hanya sekadar meniru. Apalagi jika reaksi lingkungan mendukung hal itu.
Bukankah bila ada anak yang lebih besar mengatakan si “gendut” atau ”hitam”, biasanya akan diikuti dengan sorakan atau tertawa? Nah, hal itu boleh jadi membuat anak tertarik untuk mengulanginya.
Pertama, karena kata-kata tersebut mungkin hal baru didengar baginya. Kedua, karena reaksi yang muncul diasosiasikan dengan kelucuan atau hal yang menyenangkan.
Tentunya orangtua tak boleh berdiam diri. Kita perlu meluruskan sikap atau perilaku anak agar tidak menimbulkan hal-hal negatif lain.
(Baca juga : 5 Langkah Untuk Mengubah Perilaku Buruk Pada Anak)
Apalagi kalau sampai menganggap, anak berkata kasar adalah hal biasa-biasa saja, bukan sesuatu yang ”tabu”. Berikut ini langkah-langkah bijak yang dapat diambil saat anak berkata kasar.
1. Saat anak berkata kasar, awasi dan dampingi anak saat bermain.
Hindari lingkungan yang “mengesahkan budaya” berucap kata-kata tak pantas. Namun perlu diingat, kita tidak bisa terus-menerus “mensterilkan” lingkungan anak. Lambat-laun akan ada pengaruh dari lingkungan luar yang memang tidak sesuai dengan nilai-nilai positif yang telah ditanamkan di rumah (keluarga).
Dengan kata lain, amatlah sulit untuk mencegah hal ini terjadi. Yang bisa kita lakukan adalah dengan sabar dan telaten menjelaskan bahwa kata-kata itu sangat tidak pantas untuk diucapkan.
2. Tak perlu marah kala anak berkata kasar
Berusahalah bersikap wajar/tidak memarahi saat anak berkata kasar. Jangan terlampau mendramatisasi keadaan. Kemarahan terkadang justru membingungkan anak dan tidak efektif mencegahnya untuk kembali berkata kasar.
Dalam beberapa kasus, anak yang kurang mendapat perhatian, malah akan mengulang-ulang hal yang tidak disukai orangtua agar ia dimarahi. Mengapa? Karena, baginya dimarahi pun adalah salah satu bentuk perhatian.
(Baca juga : 4 Kebiasaan Buruk Batita dan Cara Mengatasinya)
3. Saat anak berkata kasar, jelaskan arti katanya.
Coba tanyakan pada anak apa maksud anak berkata kasar. Mungkin ia hanya menggeleng. Artinya, ia memang belum paham arti kata-kata kasar/jorok itu dan belum sadar kalau kata-kata itu dapat menyakiti orang lain.
Begitulah tugas orangtua, menggali pemahaman anak tentang kata tersebut dan mencari tahu alasan ia melontarkannya, lalu meluruskan perilakunya yang kurang terpuji itu.
4. Bimbing dan arahkan saat anak berkata kasar
Jangan putus asa, bila anak sudah dinasihati, namun tetap mengulang kata-kata yang kurang pantas itu. Sekali lagi, tugas orangtua adalah membimbing dan mengarahkan sang buah hati secara terus-menerus.
5. Buat kesepakatan saat anak berkata kasar
Bila anak kemudian semakin “menggila” menggunakan kata kasar tersebut, buat kesepakatan dengannya. Contoh, bila ia masih mengucapkan kata tersebut, padahal sudah dinasihati, maka ia akan dihukum sesuai yang sudah disepakati.
Hindari hukuman fisik. Bentuk hukuman yang disarankan bagi anak-anak usia prasekolah adalah time-out. Anak diminta duduk diam di pojok ruangan selama 3 menit. Atau tegaskan bahwa kita tidak mau berbicara dengan anak selama 3 menit.
(Baca juga : Kadang Mengancam Anak itu Perlu, ini Aturannya)
6. Jeli mencari penyebab anak berkata kasar
Orangtua harus jeli mencari penyebab anak makin senang menggunakan kata-kata kasar/jorok tersebut. Apakah tiap kali ia berucap kata-kata kasar, lalu ditertawakan oleh para anggota keluarga lain di rumah?
Kalau memang demikian, beri pengertian pada anggota keluarga lainnya untuk tidak memberikan respons positif bila anak melontarkan kata-kata yang kurang pantas.
Minta pada mereka untuk tidak menganggap lucu kata-kata itu. Tekankan, saat anak mulai berkata kasar, jangan pedulikan, pura-pura saja tak tahu. Umumnya, anak akan segera menghentikan kebiasaan buruknya karena ia tahu tidak sukses mendapat perhatian dari perilaku itu.
Semoga dengan langkah-langkah tersebut dapat membantu Mama dan Papa saat anak berkata kasar.
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
KOMENTAR