Tabloid-nakita.com Kebiasaan anak menggigit biasanya dilakukan ketika anak takut dengan lingkungan baru. Kecenderungan ini pun terjadi pada anak dengan kemampuan bicara belum bagus. Ketika mainannya diambil temannya, ia belum bisa mengatakan, “Jangan, itu milikku!”, akhirnya anak pun menggigit.
Untungnya kebiasaan menggigit anak ini akan berkurang, bahkan hilang dengan sendirinya, jika si anak sudah pandai bicara kelak. Meski begitu, orangtua harus tetap memberikan perhatian kepada anak, utamanya usia 1-3 tahun, yang suka menggigit. Misalnya dengan mengatakan, “Jangan sayang, menggigit itu tidak boleh.” Jika dibiarkan, kebiasaan menggigit ini dikhawatirkan akan berlanjut hingga anak besar. Anak pun merasa perbuatan menggigitnya benar karena tidak pernah ditegur atau diberi penjelasan.
Seandainya akan memberikan hukuman, pastikan hukuman itu dimaksudkan untuk menunjukkan kesalahan anak dan memperbaiki tingkah laku menggigitnya. Sebab itu orangtua tidak perlu mengancam saat anak menggigit, “Awas, kalau menggigit lagi, ibu pukul kamu!” Lebih baik, orangtua meluruskan kebiasaan anaknya menggigit melalui kedisiplinan. Sebab, kedisiplinan akan mengajarkan bagaimana bertingkah laku yang baik. Kebiasaan anak menggigit pun akan hilang.
TRIK HENTIKAN KEBIASAAN ANAK MENGGIGIT
Untuk menghentikan kebiasaan anak menggigit, ia harus didisiplinkan. Untuk bisa menegakan disiplin pada anak dengan baik, ada tiga komponen yang mesti dipenuhi: Aturan, komunikasi, dan penguat positif atau konsekuensi. Seperti: “Kamu boleh bermain, tapi tidak boleh menggigit.”
Untuk menyampaikan aturan tersebut, orangtua harus punya kemampuan berkomunikasi dengan baik. Selanjutnya jika anak bermain dengan baik, ia perlu diberi penguat positif, misalnya pujian, pelukan, hadiah atau apa saja yang bisa memperkuat perilakunya, sehingga kebiasaan anak menggigit berkurang.
Jika anak tetap menggigit, konsekuensi diberlakukan. Seperti mencabut sementara waktu hal-hal yang disukai anak, tidak memperbolehkannya memainkan mainannya, tidak boleh naik sepeda, misalnya. Kebiasaan anak menggigit diharapkan dapat berkurang.
Tapi jika kebiasaan anak menggigit terjadi secara tetap dan frekuensinya cenderung meningkat, si kecil memerlukan penanganan serius. Untuk itu dia perlu penanganan ahli untuk dicari, apakah ada kesulitan dalam bicara atau mungkin ada masalah dengan kemampuan mentalnya. Sebab, biasanya anak cacat mental cenderung lebih lambat bicara, dan frekuensi menggigitnya lebih kerap.
Berikut ini adalah tips yang bisa dilakukan di rumah supaya kebiasaan anak menggigit dapat berkurang:
- Bentuk kondisi nyaman
Kondisi nyaman membuat perasaan si batita lebih aman dan rileks. Hal ini bisa meminimalkan timbulnya emosi negatif, sehingga anak kecil kemungkinannya untuk menggigit.
- Jaga kondisi psikologisnya
Jika kita marah pada anak, hindari memarahinya dengan membentak atau merendahkan harga diri. Tegurlah perilakunya tanpa mencela. Langkah yang lebih baik lagi, ekspresi dan nada marah sebaiknya jangan diperlihatkan di hadapan si batita, cukup tegur perilakunya yang salah dengan nada tenang dan datar. Dengan begitu, perilaku menggigit dapat diminimalkan.
- Pentingnya perhatian
Acap kali dia mengigit karena mencari perhatian, berikan padanya perhatian yang cukup. Selalu luangkan waktu untuk menemaninya bermain setiap hari. Kebiasaan anak menggigit pun tidak dijadikan senjata untuk menarik perhatian.
- Berikan waktu istirahat yang cukup
Ingat, lo, kondisi fisik yang lelah bisa mempengaruhi emosi anak. Sebab itu usahakan anak jangan sampai kelelahan. Berikan waktu istirahat yang cukup, tidur siang minimal 2 jam, dan tidur malam 19.00, supaya bangun di pagi hari bisa ceria. Mood yang buruk dapat meningkatkan kebiasaan anak menggigit.
- Treatment komunikasi dan mengungkapkan emosi
Agar tidak terbiasa menggigit, anak perlu dilatih berkomunikasi dan mengungkapkan emosi sejak dini. Membacakan buku cerita merupakan salah satu cara yang efektif untuk melatih anak berkomunikasi.
Semoga dengan berbagai cara di atas, kebiasaan anak menggigit dapat diatasi.
Zali
Headliners Hadirkan Chaos Lab, Playground Imersif Pertama di Indonesia yang Menggabungkan Sains Interaktif dan Edukasi
KOMENTAR