Si usia prasekolah sering “membual” mengatakan sesuatu yang lebih hebat dari realitas sesungguhnya. Tahapan perkembangan ini disebut bohong fantasi. Sebagian besar bohong fantasi yang dilakukan di usia prasekolah dipengaruhi oleh apa yang dilihat dan didengar anak. Terutama dari film, buku, cerita teman, pengamatan lingkungan, dan obrolan orang dewasa yang didengarnya. Namun ada juga penyebab-penyebab lainnya, yaitu mencari perhatian atau bersikap superior terhadap teman-temannya.
Kalau penyebabnya mencari perhatian, adakalanya disebabkan orangtua cenderung kurang menghargai dan memberikan perhatian pada perilaku positif anak. Sebaliknya, barulah orangtua memberikan perhatian lebih kalau anak melakukan sesuatu yang tidak semestinya di antaranya berbohong fantasi.
Hal ini mendorong anak mengulangi perilaku tersebut agar memperoleh perhatian, didengarkan, dan mendapatkan apa yang diinginkannya. Bohong fantasi yang dilakukan anak agar diperhatikan misalnya, “Bu, tadi di sekolah aku didorong sama teman sampai jatuh berguling-guling di tangga. Kakiku sampai sakit banget.” Bisa dipastikan, orangtua tentu akan merespons lebih dan memerhatikan kondisi anak.
Sedangkan, jika sikap superior yang mendasari bohong fantasi, hal itu terjadi karena anak ingin dianggap hebat oleh lingkungannya. Pada dasarnya, hal ini juga menunjukkan keinginan anak untuk mendapatkan perhatian dari lingkungan. Misalnya, “Aku kemarin jalan-jalan sama Ayah ke Taman Safari. Di sana ada taman Dinosaurus tapi dinosaurusnya lagi tidak ada.”
Sekali lagi tak perlu khawatir, karena dorongan untuk melakukan bohong fantasi akan semakin berkurang seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir anak yang lebih matang. Kematangan ini terlihat dari kemampuan membedakan mana yang kenyataan dan fantasi.
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
KOMENTAR