Tak sekadar bermain kotor-kotoran, tapi aktivitas ini perlu diarahkan. Jangan sampai bermainnya malah menjadi ajang untuk mengotori diri sendiri, mengotori rumah, atau merusak benda dan tanaman yang ada di rumah. Apalagi jika kemudian aktivitasnya malah kacau oleh perselisihan yang sebenarnya bisa dihindari. Berikut tip-nya:
Pendampingan bisa dalam arti membimbing dan mendorong anak untuk mengembangkan kreativitas, minat, dan keingintahuannya sehingga rasa percaya diri, kemampuan kreativitasnya, keberaniannya, ikut tumbuh dengan baik. Kita juga perlu mengawasi anak supaya ia tidak melakukan hal-hal yang membahayakan. Misal, memakan “adonan” yang difantasikannya sebagai kue, membuang “adonan” secara sembarangan, merusak pepohonan yang ada di rumah, dan lainnya. Penggunaan benda-benda berbahaya, seperti pisau, cutter, gunting, dan lainnya, juga perlu selalu dalam pemantauan. Pendampingan juga akan menjalin kedekatan orangtua dengan anak karena di dalamnya terjadi interaksi yang hangat serta komunikasi yang baik. Hubungan harmonis antara orangtua dan anak merupakan salah satu syarat dalam mengembangkan potensi kreativitas anak.
Kala mendampinginya, jangan terlalu ikut campur dalam aktivitas anak. Banyak melarang atau memaksakan ide-ide , akan merusak “acara” anak. Selama aman-aman saja, biarkan si kecil melakukan apa yang disenanginya dan biarkan ia mengembangkan sendiri idenya. Karena dengan begitulah ia akan mampu memaksimalkan kreativitasnya, lebih percaya diri, dan bangga terhadap apa yang sudah mampu ia buat. Bantulah kala dibutuhkan saja. Itupun bantuan untuk memunculkan kreativitasnya, bukan membantu sepenuhnya. Umpama. ketika anak menyobek kertas besar-besar sehingga sulit diaduk, kita contohkan cara menyobek kecil-kecil.
Kegiatan ini memang “menjijikkan” dan akan membuat tempat eksperimen berlangsung jadi berantakan dan kotor. Lebih baik, antisipasi semua ini dengan mengajak anak bermain di halaman rumah, memakaikan pakaian yang siap kotor, menyediakan sendok untuk mengaduk-ngaduk tanah dan pasir, serta alas bermainnya. Toh setelah puas bereksperimen, “kotoran” bisa segera dibersihkan dari tubuh anak. Tidak masalah, kan?
KOMENTAR