Nakita.Id - Lambat, lelet, time used poorly adalah sederet istilah untuk menunjukkan ketidakmampuan si kecil menyelesaikan aktivitasnya tepat waktu jika dibandingkan rata-rata anak sebayanya. Coba atasi si lamban dengan kiat ini:
Cari tahu penyebabnya mengapa anak selalu menjadi yang terakhir. Usahakan untuk menemukan sumber permasalahan secara tepat. Kalau terlalu sulit untuk mencarinya secdiri, bisa juga melibatkan ahli, dalam hal ini psikolog anak.
Orangtua bisa menyontohkan dan mengajarkan pada anak bagaimana menggunakan waktu secara efektif. Meski di usia ini anak belum mengerti konsep waktu seperti yang sudah disinggung di atas, tapi orangtua bisa menanamkan kebiasaan mengikuti rutinitas dengan batas waktu. Misalnya jadwal aktivitas sehari-hari, kapan waktu makan, mandi, bermain dan sebagainya. Sesekali biarkan anak merasakan akibatnya kalau ada satu aktivitas yang molor dari waktu seharusnya. Misalnya karena makannya lelet, maka waktu nonton tevenya jadi berkurang. Kebiasan seperti ini akan berdampak positif.
Bangkitkan sensitifitasnya kalau ada orang-orang yang dirugikan dengan kebiasaan lelet-nya itu. Misalnya teman sekelasnya tidak bisa segera istirahat karena harus menungguinya selesai mewarnai gambarnya dan sebagainya.
Orangtua seringkali menaruh harapan terlalu tinggi. Misalnya menargetkan waktu yang sama antara dia dengan anaknya. Anak tentu membutuhkan waktu lebih lama dibanding orang dewasa dalam mengerjakan segala sesuatunya. Kalau orangtua merasa bisa menyelesaikan “pekerjaan” tersebut 5 menit, anak usia ini mungkin butuh waktu 15 menit lebih lama.
Beberapa anak tertentu memang harus “dibenturkan” dengan masalah supaya sadar. Misalnya ia jadi ketinggalan piknik sekolah karena keleletannya, atau ia tidak kebagian susu karena tugas gambarnya yang tak kunjung usai. Biasanya konsekuensi seperti ini sangat “membekas” untuk anak usia pra sekolah.
Gunakan permainan yang membutuhkan ketepatan waktu, misalnya bermain peran sebagai pemadam kebakaran saat mengerjakan sesuatu. Katakan padanya kalau ia tidak segera menyelesaikan tugasnya, maka bangunan itu akan habis terlalap api. Atau balapan mobil untuk membantunya menghabiskan makan lebih cepat, dan sebagainya.
Orangtua harus realistis, tidak perlu anak selalu menyelesaikan tugasnya lebih dulu dibandingkan yang lain. Tetapi pastikan bahwa ia menyelesaikan tugasnya dengan baik dan tidak melewati waktu yang ditentukan. Buatlah anak memfokuskan diri pada sejumlah tugas yang diberikan secara privat dalam rentang waktu tertentu (mengamati sejumlah gambar dalam bentuk flash card, meminta anak mengingatnya, dan seterusnya).
Jangan beri anak label “si lelet” atau sering mengatainya lelet, karena hal tersebut bisa dijadikan alasan/excuse untuk mengerjakan segala sesuatunya secara boros waktu. Dalam benaknya, selesai pertama atau terakhir, toh tetap saja dipanggil si lelet, jadi untuk apa harus memenuhi target yang Anda berikan.
Dengan kiat seperti di atas akan muncul perasan kompeten atau perasaan "saya mampu" pada si kecil. Hal ini sangat membantu mengurangi kelambanannya setahap demi setahap.
Perbedaan Anak Aktif dan Hiperaktif, Kenali dan Awasi Agar Tidak Disalahartikan
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Ipoel |
KOMENTAR