Tabloid-Nakita.com - Kehamilan adalah anugerah luar biasa dari Sang Pencipta, sehingga perlu dijaga dengan sebaik-baiknya, bukan hanya oleh si ibu hamil itu sendiri, tetapi juga semua orang yang berada di sekitarnya.
Kendati demikian, mengapa masih saja ada orang yang belum bersimpati pada ibu hamil? Misalnya, tidak mau berbagi tempat duduk kepada ibu hamil di kendaraan umum? Apakah karena yang bersangkutan belum sepenuhnya memahami kondisi ibu hamil itu seperti apa sehingga layak mendapatkan prioritas tersebut?
Nah, berikut ini sejumlah alasan ibu hamil perlu mendapatkan “keistimewaan” di angkutan umum:
1. Kondisi janin yang rentan
Dalam tubuh ibu hamil ada calon manusia baru yang memerlukan perlindungan serta perawatan dari sang ibu. Nah, bagaimana ibu hamil bisa melindungi si calon bayi, jika ia sudah kerepotan melindungi dirinya sendiri lantaran kondisinya saat itu tidak membuatnya aman, nyaman? Misal, berdiri dalam waktu lama di sebuah kereta atau bus yang sesak oleh penumpang.
2. Kondisi bumil yang rentan
Secara fisik, kondisi bumil sesungguhnya sangat rentan. Berdiri dan berdesak-desakan di angkutan umum massal bisa dipastikan akan berpengaruh pada ibu dan kehamilannya, berapa pun usia kehamilannya. Apa saja pengaruhnya yang bisa terjadi?
* Bumil akan mengalami kelelahan yang luar biasa. Bahkan, sepanjang perjalanan, bumil bisa merasakan sakit dan pegal di tubuhnya.
* Karena lama berdiri, bumil bisa mengalami kram di kaki. Saat ia kesulitan menjaga keseimbangan (karena harus menopang tubuhnya), bumil bisa terjatuh.
* Tidak menutup kemungkinan perutnya akan menerima impitan, tekanan, dorongan, dan sentakan. Bagaimana mau melindungi perutnya, jika untuk mampu berdiri dan menjaga keseimbangan saja, dirinya sudah kesulitan?
* Paling berbahaya, jika bumil sampai harus berdiri lama pada jam sibuk yang macet, risikonya mengalami kontraksi sangat besar. Jika kontraksi sampai terjadi dalam kondisi stres seperti itu, bisa saja bumil mengalami perdarahan, pingsan,yang tentunya akan berdampak buruk, baik bagi bayi yang dikandungnya maupun diri si ibu sendiri.
3. Bumil harus cukup tidur
Ibu hamil tidak boleh kekurangan waktu tidur, minimal harus tidur 8—10 jam sehari. Penelitian menyebutkan, bumil yang tidur malamnya kurang dari 5 jam berisiko 9 kali lipat mengalami preeklamsia, yaitu komplikasi kehamilan serius yang berkaitan dengan tekanan darah tinggi.
Preeklamsia sangat berbahaya dan bisa berakibat fatal, baik bagi si ibu maupun janinnya. Jadi, bisa dibayangkan jika bumil setiap hari harus bangun tidur pukul empat subuh, lalu berangkat kerja pukul lima subuh demi mengejar tempat duduk di angkutan umum,
kemudian tiba kembali di rumah sepulang kerja di atas pukul 19.00 dan 21.00 atau pukul 22.00 baru bisa naik ke tempat tidur.
4. Kondisi emosi bumil yang tidak menentu
Ibu hamil menjadi lebih emosional, hal-hal kecil bisa membuatnya menangis. Ketika tidak ada yang memberinya tempat duduk, ibu hamil yang diam sebenarnya merasa kecewa dan sedih. Jika sering mengalami emosi negatif seperti itu, sedikit banyak ini dapat memengaruhi kehamilannya.
5. Bumil harus “serbaekstra” dalam banyak hal
Ibu hamil harus melakukan ekstra dalam banyak hal, termasuk mengeluarkan tenaga ekstra karena ia harus “menggendong” kandungannya. Padahal sehari-hari, ia masih harus tetap melakukan rutinitas harian seperti menyiapkan makanan untuk keluarga, mengurus anak, beberes rumah, dan lain sebagainya, padahal ia sendiri mungkin masih harus bekerja. Nah, karena kondisinya itu, bisa dibayangkan betapa lelahnya menjadi ibu hamil, sehingga wajar jika bumil butuh kenyamanan, butuh istirahat.
Itulah lima hal yang jadi alasan mengapa ibu hamil perlu diistimewakan. Sebuah kursi di angkutan umum akan sangat membantunya beristirahat sejenak.
Narasumber:
Ratih Andjayani Ibrahim, MM, Psi, Personal Growth, Jakarta
Dr. Bambang Fadjar, SpOG, RS Premier Bintaro
(Gazali Solahuddin)
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
KOMENTAR