Tabloid-Nakita.com - Pesan berantai lewat whatsapp membuat publik heboh. Seorang sopir pribadi diduga lakukan pencabulan pada anak di dalam mobill. Kejadian itu sempat direkam oleh netizen, lalu disebarkan lewat aplikasi chat whatsapp. Begini isi pesannya:
"Kemarin hari Senin, 22 Agustus 2016, lagi dalam keadaan macet, di depan saya ada mobil (B8509HO) yg kacanya tdk begitu gelap, terlihat ada supir dan seorang anak perempuan kecil yg duduk di belakang kiri. Saya berasa aneh sewaktu si supir mengacung-acungkan dan menggerakkan jari tengahnya ke arah belakang. Ga lama kemudian, si anak itu mengangkat kaki ke senderan kepala tempat duduk depan. Setelah itu si supir mengeluarkan HP dan memoto ke arah selangkangan anak itu. Dalam keadaan masih macet, si supir memaling ke belakang dan menundukkan kepalanya ke bawah dan ke belakang. Melihatnya memuakkan sekali. Mohon di bantu BC supaya si pemilik mobil, org tua anak itu bisa cepat menginvestigasi kejadiaan tersebut. Jangan sampai kejadian tsb dibiarkan dan laporkan ke pihak berwajib. Terutama bagi yg punya anak perempuan, hati2 lah dalam mengantar jemput anak anda, jangan biarkan anak tidak ditemani, dan hanya berdua dengan supir.
Demi melihat laporan tersebut, pihak polisi tidak tinggal diam. Polda Metro Jaya langsung bergerak, kemudian meringkus sang pelaku, Rabu (24/8/2016).
Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Hendy Febriyanto Kurniawan, mengatakan pelaku sudah diringkus sekitar lima menit yang lalu.
"Kami juga mengetahuinya dari pesan berantai dan langsung memburunya," kata Hendy ketika dihubungi wartawan, Rabu (24/8/2016).
Kini pelaku sudah diringkus dan sedang dibawa ke Polda Metro Jaya. Pelaku diringkus bersama mobilnya, sebuah Honda Jazz bernomorpolisi B 8509 HO yang disebut-sebut dalam pesan berantai tersebut.
Bentengi Anak dari Pelecehan Seksual
Pada kesempatan terpisah, Irawati Istadi, penulis buku dan pengamat pendidikan seks menjelaskan, serbuan informasi tentang seks sudah sedemikian parah, sehingga tidak menutup kemungkinan anak mendapatkan informasi salah tentang seks. Bahkan bisa menjadi korban pelecehan seksual atau kejahatan seksual.
Untuk itu, ungkap Ira, panggilan akrabnya, orangtua maupun guru perlu mengajarkan pendidikan seks. Kapan pendidikan seks dimulai? Tepatnya sejak anak mengenal perbedaan jenis kelamin, mana yang laki-laki dan mana yang perempuan. Selanjutnya orangtua mengarahkan bagaimana anak berperilaku sesuai dengan gendernya. Pendidikan seks harus dilakukan secara bertahap, sesuai usia. Hal-hal yang dapat diajarkan antara lain:
* Pengenalan anak terhadap organ seksualnya, pun bagaimana merawat dan menjaga kebersihan organ seksualnya.
* Menjelaskan terjadinya perubahan fisik yang terjadi pada laki-laki dan perempuan. Laki-laki mendadak bersuara besar, muncul jakun, bulu halus di ketiak dan alat kelamin, dan lain-lain. Perempuan payudaranya mulai tumbuh, timbul menstruasi, tumbuh bulu di beberapa bagian tertentu, dan lain-lain. Pun menerangkan adanya dorongan seksual di antara mereka. Dorongan ini bisa saja hanya berupa rasa suka atau senang dengan lawan jenis.
Baca juga: 3 tanda si kecil mengalami pelecehan seksual
* Menjelaskan bentuk pelecehen seksual atau kejahatan seksual, serta bahaya keduanya. Baik yang aktif maupun pasif. Kejahatan seksual yang aktif antara lain pelecehan seksual. Jelaskan secara gamblang pelecehan dan kejahatan seksual tersebut, misal, meraba organ vital anak, meremas tubuh anak, mencium, dan lainnya. Sedangkan kejahatan seksual yang pasif berupaya membentengi anak dari pengaruh pornografi anak dari luar.
* Anak diminta untuk berani bertindak saat ada orang lain hendak berbuat kejahatan seksual. Termasuk kepada orang-orang yang dikenal baik dan dekat dengan anak seperti sopir, staf antar jemput, petugas kebersihan sekolah, satpam, bahkan orang-orang dekat yang memiliki hubungan saudara. Minta anak untuk teriak, berlari, menangis, dan tindakan yang mengundang perhatian orang lainnya. Minta anak untuk tidak takut terhadap ancaman pelaku.
* Minta anak untuk mengenali bentuk tindakan yang menjurus pada pelecehan atau kejahatan seksual, entah tatapan mata liar, rabaan, ciuman, elusan, maupun rangkulan.
* Untuk informasi berbau pornografi, anak harus dijelaskan itu adalah perbuatan kotor yang tidak layak ditiru dan dilihat. Cuma, guru dan orangtua jangan terlalu keras saat melarang, karena akan membuat anak penasaran dan mereka justru mencari-cari majalah atau informasi tersebut. Lakukan upaya persuasif. Bahkan, guru boleh saja memperlihatkan sedikit majalah seraya menjelaskan, itu perbuatan tidak beradap dan seronok.
* Jadikan persepsi seks baik di mata anak. Seks bukan hal tabu yang harus dijauhi. Seks merupakan fitrah yang yang diberikan Tuhan kepada anak. Hanya, bagaimana supaya anak tidak menyalurkan seks dengan cara tidak sehat.
* Orangtua dan guru, jadilah media yang memberikan informasi penting seputar masalah seksual seperti mimpi basah, homoseksual, banci, mengapa perempuan hamil, istilah seperti PSK, germo, dan lainnya. Memang, penjelasan harus disesuaikan dengan kebutuhan, juga bahasa sederhana yang dapat dipahami anak.
Dengan berbagai tindakan di atas, diharapkan anak memiliki benteng untuk mencegah pelecehan seksual maupun kejahatan seksual.
(Warta Kota)
KOMENTAR