Tabloid-Nakita.com - Kalau si buah hati bertubuh gemuk, coba cek kolesterolnya, Mam. Dibanding anak dengan berat badan ideal, kadar kolesterol anak gemuk cenderung lebih tinggi. Hal ini tentu saja tak boleh dibiarkan.
Pada anak, kadar kolesterol total dalam darah (HDL dan HDL) yang diperbolehkan adalah sekitar 170 mg/dL dengan kadar LDL kurang dari 110 mg/dL. Kadar kolesterol total pada anak memiliki batas tinggi yaitu, 170—199 mg/dL. Sedangkan untuk LDL anak, batas tingginya adalah 110—129 mg/dL. Jadi, seorang anak akan didiagnosis mengalami hiperkolesterolemia jika total kolesterol dalam darahnya mencapai 200 mg/dL (total), atau kadar LDL-nya mencapai 130 mg/dL.
Saat ini, ada kecenderungan hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi) pada anak meningkat terkait pola hidup kurang sehat. Misalnya, anak gemar mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula, tetapi sulit sekali diminta makan sayur. Ditambah, anak semakin pasif bergerak karena menyukai tren permainan online, serta telepon seluler yang bisa menyajikan banyak sekali hiburan seperti film, game, lagu, aktivitas jejaring sosial, dan lainnya.
Pola hidup yang tak sehat ini membuat semakin banyak anak mengalami kelebihan berat badan yang diduga dapat memicu kolesterol tinggi pada anak. Untuk anak di bawah 5 tahun, penderita obesitas mencapai 12,2% pada 2007, lalu meningkat 14,2% pada 2010 (Kompas.com). Biasanya, obesitas berjalan seiring dengan kadar kolesterol yang tinggi. Artinya, kalau Papa Mama memiliki anak yang obesse (gemuk), coba cek kolesterolnya.
Selain faktor pola hidup, kolesterol tinggi pada anak juga bisa dipicu genetik atau keturunan, meskipun persentasenya sangat kecil. Faktor pola hidup dan pola makan jauh lebih menentukan apakah anak memiliki berat badan berlebih atau tidak.
Akademi Ilmu Kesehatan Anak Amerika (American Academy of Pediatrics) serta Program Nasional Pendidikan Kolesterol (National Cholesterol Education Program) di Amerika menganjurkan orangtua agar mengurangi konsumsi lemak yang sarat kolesterol pada anak sejak usianya dua tahun. Kenapa di atas usia 2 tahun? Sebab di bawah 2 tahun, meski berat badan anak sudah berlebih, ia tidak boleh berdiet rendah lemak.
Para ahli gizi sepakat, anak harus memenuhi 50% kalori hariannya dari lemak dan 50% sisanya dari karbohidrat, protein, serta zat gizi lain. Tujuannya agar anak mengalami pertumbuhan sehat dan perkembangan otak optimal.
Paling baik, hingga usia 2 tahun anak mendapat asupan lemak dari ASI, MPASI, dan makanan keluarga. Lepas, usia 2 tahun, anak hanya membutuhkan lemak sebanyak 30% dari total kalori harian. Jika sebelumnya ia mengonsumsi susu jenis whole milk, pelan-pelan kenalkan susu yang kandungan lemaknya lebih rendah, yaitu semi skimmed milk.
Jadi, peran Papa dan Mama sangatlah menentukan untuk mendorong anak untuk banyak bergerak dan mengonsumsi gizi seimbang. Dengan sendirinya, hal ini dapat mencegah kolesterol tinggi pada anak.
(Irfan Hasuki)
Pentingnya Penanganan yang Tepat, RSIA Bunda Jakarta Miliki Perawatan Khusus untuk Bayi Prematur
KOMENTAR