Tabloid-Nakita.com - Semua makhluk hidup butuh bernapas, tak terkecuali bayi. Proses pernapasan terjadi saat kita menarik oksigen ke dalam paru-paru agar bisa diserap pembuluh darah. Dari situ, oksigen pun diedarkan ke seluruh tubuh untuk kelancaran metabolisme tubuh. Itu juga berlaku pada bayi.
Menurut dr. Rifan Fauzie SpA, dalam kondisi normal, tarikan napas bayi adalah 40—60 per menit. Jika frekuensinya lebih banyak atau kurang dari jumlah di atas, maka perlu diwaspadai. Artinya, bila napas bayi tersengal-sengal harus diwaspadai. Namun bukan berarti setiap frekuensi yang lebih tinggi dari normal, Mama harus tergopoh-gopoh ke dokter. Sebab, bisa saja frekuensi napasnya lebih cepat lantaran bayi habis menangis hebat, banyak bermain, atau tertawa terkekeh sehingga tenaganya sedikit terkuras dan membuat napas bayi jadi tersengal-sengal. Namun, hal ini tidak akan berlangsung lama dan napasnya akan kembali normal.
Baca juga: Napas bayi berbunyi grok grok grok, normalkah?
NAPAS BAYI TERSENGAL-SENGAL DAN TERDENGAR BERAT
Yang harus diwaspadai adalah saat bayi bernapas, cuping hidungnya kembang kempis, tangisannya merintih, dan napasnya terdengar berat. Pada bayi yang lebih besar, dadanya ikut kembang kempis saat bernapas. ”Kondisi-kondisi tersebut bisa menjadi pertanda keadaan infeksi di saluran napas, misal, karena adanya pneumonia atau radang paru yang memerlukan penanganan cepat agar tidak membahayakan bayi,” papar dokter spesialis anak yang mendalami paru-paru (pulmonolog) ini.
Untuk penanganannya, bayi akan diberi antibiotik oral atau infus. Jika harus diinfus tentunya bayi harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Tentunya semua ini demi kebaikan dan kesembuhan si bayi.
Baca juga: Napas bayi berbunyi, apa yang perlu dilakukan?
IMUNISASI BAGIAN PENCEGAHAN PNEUMONI
Menurut Rifan, agar bayi kita terhindar dari pneumonia, perlu diberikan imunisasi HIB (Haemophilus Influenzae tipe B) dan pneumokokus. ”Intinya, berikan imunisasi dasar yang disyaratkan seperti termuat dalam Kartu Menuju Sehat. Imunisasi campak misalnya, bila diabaikan dapat menyebabkan timbulnya infeksi sekunder pada paru-parunya. Sebab campak dapat menyebabkan daya tahan bayi turun dan timbul infeksi yang menyerang paru. Hal itu bisa menyebabkan kematian, bukan karena campaknya tapi karena infeksi sekunder pada paru,” jelasnya.
Baca juga: Hindari gunakan lotion untuk jerawat pada bayi Ini alasannya
Rifan lalu menjabarkan beberapa kriteria bayi yang dapat berisiko mengalami pnemumonia:
* Bayi kurang gizi sejak dalam kandungan karena berarti sistem imunologinya kurang baik.
KOMENTAR