Perilaku ini biasanya terjadi saat bayi mulai dikenalkan pada makanan pendamping ASI di usia 6 bulan. Itulah reaksinya terhadap makanan yang dianggap asing. Perilaku ini juga bisa muncul kalau makanannya terlalu panas/dingin, tidak enak, membosankan, atau suapannya terlalu besar.
Di usia batita, perilaku tersebut dilakukan sebagai bagian dari eksplorasinya. Karena dianggap mengasyikkan, ia mengulangnya kembali. Apalagi bila orangtua bereaksi tertawa, si kecil merasa perilakunya itu “disetujui”. Kelak, bisa saja ia mencari perhatian dengan cara tersebut.
Solusi:
Tak perlu bereaksi berlebihan seperti ngomel atau marah. Berikan reaksi yang wajar, misalnya, “Oh, mulut Adek terlalu penuh ya?” atau, sekadar bertanya dengan intonasi biasa, “Kenapa disembur, Dek?”
Jangan menertawakan. Ia akan senang dan mengulanginya lagi. Lebih baik tatap ia dengan wajah ramah, lalu minta ia menelan makanannya.
Berikan makanan yang rasa dan bahannya bervariasi, sajikan dengan menarik.
Kalau ia ogah mencicipi makanan barunya, bujuklah dengan perlahan, “Sayur bayam ini enak, lo, Dek.” Kemudian, suapkan makanannya seujung sendok saja agar ia bisa mencicipi rasanya dulu. Kalau ia menerima, barulah berikan lebih banyak lagi.
Beri kesempatan kepada anak untuk makan sendiri. Jangan khawatir lantai menjadi kotor atau meja makan jadi berantakan.
Beri penjelasan bahwa makanan bukan mainan dan tak boleh disembur-semburkan. Luangkan waktu untuk lebih banyak bermain bersama anak agar ia tak mencari-cari perhatian dengan cara-cara negatif.
2. Si Pilih-Pilih Makanan
Di rentang usia prasekolah anak biasanya mengalami penurunan nafsu makan dan hanya mau makan makanan yang benar-benar disukainya. Selain dipengaruhi oleh perlambatan laju pertumbuhan, anak pun sudah mahir menilai mana makanan yang rasanya enak dan tidak enak. Kebosanan terhadap menu dan penyajian makanan juga membuat anak terlihat pilih-pilih makanan.
Solusi:
Kenalkan makanan baru sebagai sisipan dalam makanan yang sudah diakrabinya.
Tunjukkan sikap tidak pilih-pilih makanan pada anak. Siapkan daftar menu untuk seminggu agar di meja makan selalu terhidang menu yang bervariasi. Orangtua dituntut aktif dan kreatif. Misalnya kalau anak senang mencelup-celupkan makanan ke dalam kuah makanan lain, sajikan menu makanan celupan atau bersaus yang disesuaikan bagi anak. Lakukan makan bersama, perlihatkan selera makan kita yang besar.
3. Susah Makan Sayur
Rasa sayur memang tak segurih atau semanis makanan lain. Sebagian sayur memiliki serat yang susah dikunyah oleh anak. Padahal, kandungan gizi dan serat sayur juga buah sangat penting bagi tubuh. Fungsinya membangun sel-sel, membersihkan sisa-sisa metabolisme, menurunkan kolesterol, serta mencegah kanker usus besar. Kekurangan serat menimbulkan sembelit.
Solusi:
Perkenalkan dan latih anak makan sayur sejak pertama kali dikenalkan pada makanan padat di usia 6 bulan. Tentu saja disajikannya dengan cara dilumat sebelum akhirnya disajikan apa adanya. Yang penting sesuaikan saja dengan kemampuan makan anak.
Jika anak tak mau sayur, jangan paksa karena akan membuatnya trauma dan tak suka sayur selamanya. Untuk sementara waktu, tambahkan porsi buah-buahan dalam menu sehari-hari guna menggantikan sayur. Umumnya anak lebih bisa menerima buah yang manis daripada sayur yang tawar.
Tunjukkan kalau kita pun suka sekali sayur. Cari referensi cara mengolah sayur yang banyak disukai anak. Jangan bosan mengenalkan sayur kepada anak.
4. Nasi Dengan Lauk “Seadanya”
Sering ditemui anak hanya makan dengan nasi dan kecap, nasi dan sosis/nugget, nasi dan telur, atau malah nasi dan kerupuk saja. Jelas asupan gizinya jadi tak seimbang. Anak bisa kekurangan zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Selain itu, produk makanan siap saji biasanya mengandung tambahan seperti pengawet, pewarna, dan penguat rasa yang tidak dibutuhkan oleh tubuh.
Solusi:
Pada bahan makanan yang disukainya, tambahkan bahan-bahan lain agar memenuhi prinsip gizi seimbang. Misalnya, telur orak-ariknya dicampur dengan potongan kecil brokoli, atau nugget buatan kita sendiri dicampur dengan wortel yang cukup banyak. Bila anak suka kecap, berbagai sayuran bisa diolah menjadi semur disamping daging dan tahu tempe.
Jika anak menolak, jangan putus asa membujuknya. Di waktu makan berikutnya, sajikan lagi sayuran. Biarpun hanya dimakan sedikit, dari situ anak tahu bahwa sayur harus menjadi bagian dalam menu sehari-harinya.
KOMENTAR