TabloidNakita.com - Apa jadinya jika orangtua yang mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah anak? Berikut 2 dampak negatifnya:
1. Tidak belajar dengan baik. Kecuali untuk anak-anak yang jenius, semua anak butuh untuk mengulang kembali pelajaran yang didapatkannya di sekolah agar bisa lebih paham. Pekerjaan rumah adalah salah satu cara untuk mencapainya.
Ingat, dengan pekerjaan rumah, anak dapat belajar dengan baik—mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya, sesuai dengan kecepatan pemahamannya masing-masing. Hal ini sangat membantu anak, apalagi kita tahu sekolah memiliki jadwal yang cukup ketat. 1 jam pelajaran itu lamanya berkisar antara 30 - 45 menit. Dalam waktu yang sesingkat itu, guru berusaha untuk menjelaskan suatu konsep tertentu kepada murid-muridnya. Padahal, karena berbagai faktor, tidak semua anak bisa langsung memahami apa yang disampaikan oleh guru. Maka untuk itulah anak membutuhkan tugas yang dikerjakan di rumah, alias pekerjaan rumah. =
2. Saat pekerjaan rumah dikerjakan orang lain maka anak tidak terlatih untuk melatih kemampuannya dalam menyelesaikan masalah. Padahal penyelesaian masalah (problem solving) adalah suatu kemampuan kognitif yang cukup kompleks. Di sini melibatkan pengenalan masalah, pencarian informasi, penentuan dan penerapan informasi. Apabila anak tidak dibiasakan untuk menyelesaiakan masalahnya sendiri, maka dia akan selalu tergantung pada orang lain dan tidak mandiri. Anak pun menjadi ketergantungan pada orang dewasa saat punya pekerjaan rumah.
Oleh sebab itu, Niken berpesan, jauhkan ketakutan anak akan mendapat nilai rendah karena pekerjaan rumah itu dikerjakannya sendiri. Ingat, menjadi yang terbaik dengan usaha sendiri itu akan memberikan manfaat yang lebih banyak bagi anak. Dengan berhasil mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri, anak akan menjadi individu yang memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dan lebih optimis dalam menghadapi permasalahan. Kepercayaan diri dan optimisme sang anak ini nantinya tidak hanya membantu anak di bidang akademik, tapi juga diberbagai aspek kehidupan yang lain, seperti dalam pergaulan dengan teman-temannya.
Juga jauhkan rasa “kasihan.” Apabila pekerjaan rumah anak terlalu menumpuk, sebaiknya orangtua berkomunikasi dengan guru untuk menanyakan hal ini. Dengan demikian bisa ada pengertian yang sama antara orangtua dan guru mengenai tujuan pemberian pekerjaan rumah tersebut.
Apabila orangtua mengambil alih mengerjakan pekerjaan rumah anak karena kasihan, melihat anaknya yang terlalu lelah, misalnya, “Orangtua sebaiknya mengecek ulang jadwal anak. Karena bisa jadi anak kelelahan karena terlalu banyak ikut les pelajaran atau kegiatan ektrakurikuler lainnya di luar sekolah.” Untuk hal ini, lanjut Niken, orangtua bisa berdiskusi dengan anak mengenai mana kegiatan yang perlu dikurangi, mana kegiatan yang bisa dilakukan lain kali ketika jadwal anak tidak sepadat sekarang. dengan begitu, anak dapat mengerjakan pekerjaan rumah dengan optimal.
Jadi, hindari mengerjakan pekerjaan rumah anak ya Mams and Paps.
Zali
Niken Anggrahini, S. Psi
Program Instructor BrainFit Studio Pantai Indah Kapuk
Toys Kingdom dan MilkLife Wujudkan Senyum Anak Negeri untuk Anak-anak di Desa Mbuit
KOMENTAR