Hasilnya, konsumsi rokok meningkat dari 3,6% di tahun 1997 menjadi 5,6% di tahun 2014.
BACA JUGA: Ini Moms, Cara Alami Untuk Atasi Masalah Kerutan di Bawah Mata
"Setelah memperhitungkan berbagai faktor, mulai faktor genetik, lingkungan, dan ekonomi, ditemukan bahwa anak yang ayah atau ibunya merokok atau malah kedua orangtuanya merokok, berisiko mengalami stunting 5,5% lebih tinggi."
Temuan lain yang juga penting adalah, stunting pada anak juga berpengaruh terhadap kecerdasannya.
Anak-anak perokok memiliki skor lebih rendah dalam tes logika maupun tes matematika.
Karena itu menurut Teguh, kampanye dan aktivitas pengendalian rokok masih perlu terus digencarkan dan ditingkatkan.
Sebabnya, dampak rokok tidak hanya berpengaruh terhadap perokoknya saja, namun juga keturunan dan orang-orang lain di sekitarnya.
BACA JUGA: Ingin Dapat Uang Tambahan Hanya Modal Facebook? Begini Syarat & Ketentuannya!
"Indonesia saat ini ada di middle-income country. Target untuk jadi high-income country akan sulit dicapai jika sumber daya generasi berikutnya lebih pendek dan kurang cerdas dibandingkan negara lain.
Ditambah, biaya yang seharusnya bisa untuk menambah kebutuhan gizi keluarga, malah tersedot untuk konsumsi rokok," tutup Teguh.(*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR