Nakita.id - Rabu, (4/7/2018) lalu, seorang bayi malang diterlantarkan begitu saja di Jalan Raja Ashman Shah, Ipoh, Malaysia.
Bayi malang tersebut ditemukan di dalam kantong belanjaan kertas dan tergantung di spion mobil yang parkir di sebuah gedung apartemen.
Bayi berjenis kelamin perempuan tersebut diperkirakan baru berusia dua hari.
Dilansir dari World of Buzz, seorang laki-laki mencurigai sebuah kantong kertas yang menggantung di kaca spion mobil pada pukul 12.15 malam waktu setempat.
BACA JUGA: Tega! Seorang Pengasuh Membunuh Bayi Majikannya dan Dimasukkan Kulkas
Dari kantong tersebut seperti terdengar suara tangisan bayi.
Ia kemudian mendekati kantong tersebut dan benar, ternyata ada seorang bayi perempuan di dalam kantong yang menangis dan dalam kondisi kedinginan serta kelaparan.
Tali pusat bayi berusia dua hari tersebut masih melekat pada pusarnya.
Diperkirakan, bayi tersebut ditinggalkan sebelum pukul 8.30 malam, (3/7/2018) waktu setempat.
Bayi cantik yang malang tersebut dibiarkan menggantung selama kurang lebih empat jam sebelum seorang laki-laki menemukannya.
BACA JUGA: Seorang Bayi Ditemukan Terjepit di Dalam Pipa Saluran, Ini Faktanya
Tak lama, laki-laki tersebut kemudian membawa sang bayi ke rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan intensif.
Bayi malang tersebut kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Raja Permaisuri Bainun.
Dilansir dari Stait Times, Asisten Komisaris Mohd Ali Tamby dari polisi Ipoh mengatakan bahwa bayi malang tersebut kini masih dirawat.
"Dia telah ditempatkan di Unit Perawatan Intensif Neonatal (NICU) rumah sakit dan kondisinya stabil," ungkap Mohd Ali Tamby.
Sedangkan pelaku pembuangan bayi tersebut hingga saat ini masih diselidiki.
Wakil Kepala Kepolisian Ipoh, Supt Abdul Rani Alias, memberi konfirmasi bahwa bila pelaku ditemukan, sang pelaku akan dihukum sesuai Pasal 317 KUHP.
BACA JUGA: Miris, Bayi Baru Lahir Ini Terlempar dari Lantai 2 Gedung dan Ditemukan Masih Hidup
Source | : | Strait Times,World of Buzz |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR