Nakita.id - Akhir-akhir ini tengah heboh sedang terjadinya penurunan suhu di Indonesia.
Dan dampaknya sangat terasa di daerah dataran tinggi seperti Dieng, Wonosobo dan Bandung.
Bahkan di Dieng dan perbatasan Wonosobo - Banjarnegara embun berubah menjadi es pada pagi hari.
BACA JUGA: Ternyata Embun Es di Dieng adalah Embun Racun! Kok Bisa?
Sebab suhu pada wilayah daerah sekitar Dieng mencapai 2 derajat celcius pada Kamis (5/7/2018) malam.
Dengan kejadian seperti ini orang-orang justru mengaitkannya dengan fenomena aphelion.
Melansir Kompas.com, fenomena aphelion merupakan istilah astronomi untuk menunjukkan bumi sedang berada di titik terjauh dari matahari.
Kebetulan fenomena alamiah ini memang terjadi pada Juli dan hanya terjadi satu tahun sekali.
Namun, hal ini tidak ada hubungannya dengan penurunan suhu akhir-akhir ini.
Menurut Deputi Bidang Meteorologi, Mulyono R. Prabowo mengatakan, "sebenarnya fenomena aphelion ini adalah fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli.
Sementara itu, pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau.
Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia," ujarnya, melansir keterangan press release dari BMKG.
Mulyono melanjutkan bahwa penurunan suhu di beberapa wilayah di Indonesia karena kandungan uap di atmosfer cukup sedikit.
BACA JUGA: Suhu Bandung Semakin Dingin, Waspada Bayi Rentan Terkena Hipotermia
"Padahal pada faktanya, penurunan suhu di bulan Juli belakangan ini lebih dominan disebabkan karena dalam beberapa hari terakhir di wilayah Indonesia, khususnya Jawa, Bali, NTB, dan NTT kandungan uap di atmosfer cukup sedikit.
Hal ini terlihat dari tutupan awan yang tidak signifikan selama beberapa hari terakhir."
Selain tidak cukupnya kandungan uap pada atmosfer, pada bulan ini wilayah Australia sedang melewati musim dingin.
"Selain itu, pada bulan Juli ini wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.
Sifat dari massa udara yang berada di Australia ini dingin dan kering.
Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia (dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia) semakin signifikan sehingga berimplikasi pada penurunan suhu udara yang cukup signifikan pada malam hari di wilayah Indonesia khususnya Jawa, Bali, NTB, dan NTT," imbuhnya.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antarikasa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin juga mengatakan hal yang sama, "di Indonesia pada musim kemarau saat ini angin bertiup dari arah Australia yang sedang musim dingin.
Itu sebabnya masyarakat di Jawa pada saat ini mengalami udara yang dingin."
Dengan kondisi seperti ini, beberapa wilayah pada dataran tinggi di Jawa berpeluang mengalami penurunan suhu hingga kurang dari titik beku nol derajat celcius.
Sebab molekul udara di daerah pegunungan lebih renggang sehingga lebih cepat mengalami pendinginan, terlebih saat cuaca cerah tidak tertutup awan maupun hujan.
Jadi, udara dingin yang sedang kita rasakan ini tidak berkaitan dengan fenomena aphelion yang sedang ramai dibicarakan di masyarakat.
BACA JUGA: Bersuhu 2 Derajat, Wisata Dieng Jawa Tengah Penuh Bunga Es, Membeku Bak Eropa!
Moms, Yuk Wujudkan Tubuh Sehat di Tahun Baru dengan Kesempatan Emas dari Prodia Ini!
Source | : | BMKG |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR