Nakita.id - Bayi bisa kena tifus? Anda pasti akan geleng-geleng kepala, bukankah penyakit ini lebih sering dialami anak atau dewasa yang sudah mengonsumsi jajanan dari luar yang tidak terjamin kebersihannya?
Pendapat itu tidaklah keliru. Meski begitu, bukan berarti bayi bebas dari serangannya.
Tifus merupakan penyakit infeksi yang selalu ada di masyarakat (endemik) mulai usia bayi hingga dewasa.
Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan 900 per 100.000 penduduk per tahun dan lebih banyak mengenai anak 3-19 tahun, penderitanya tersebar di mana-mana serta ditemukan hampir sepanjang tahun.
Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi. Kuman ini memang gampang menyebar, apalagi di tanah air yang kondisi sanitasinya buruk.
Genangan air kotor, makanan tercemar, sampah, dan lingkungan yang kurang bersih merupakan sarang kuman tifus.
Untuk selanjutnya, binatang seperti lalat dan kecoak dapat menjadi penyebar kuman ini kepada manusia.
Kurang Terjaga Kebersihan
Penularan tifus umumnya terjadi lewat makanan yang kurang bersih.
Pada bayi ASI, ketika usianya 6 bulan ke atas, karena sudah mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI), bila kebersihannya saat pengolahan, penyajian, maupun pemberian kurang diperhatikan, maka si kecil berisiko terserang tifus.
Misalnya saja, ibu memberi makan bayinya sambil jalan-jalan sementara wadah makanan itu dibiarkan terbuka, sehingga lalat bisa menghinggapinya.
Selain dari makanan yang tercemar, penularan tifus ke bayi juga bisa terjadi lewat orang dewasa sehat yang membawa kuman tifus (healthy carrier).
Belajar dari Viralnya Anggur Muscat, Ini Cara Cuci Buah yang Benar untuk Hilangkan Residunya
KOMENTAR