Nakita.id - Penelitian ilmiah dalam kelas memang sering dilakukan demi kepentingan akademik anak.
Namun, kelalaian saat penelitian tentu bisa berakibat fatal.
Seperti yang terjadi di sekolah dasar di Port Dickson, Malaysia pada 30 Juli lalu.
BACA JUGA: Ini Makanan Agar Tubuh Pulih Pasca Keracunan Seperti Istri Ari Wibowo
Pada hari tersebut seorang guru meminta anak-anak untuk melakukan sebuah penelitian ilmiah di ruang kelas.
Beberapa siswa diperintahkan untuk mengambil 6 termometer dari laboratorium, namun salah satu termometer tersebut pecah dan cairannya bercecer di lantai.
Merkuri beracun yang berada dalam termometer tidak dibersihkan dengan segera dan guru tak melaporkan kejadian itu kepada manajemen sekolah.
Keesokan harinya, beberapa murid mulai mengalami gejala seperti muntah dan diare.
Saat itulah sekolah mengetahui tentang insiden pecahnya termometer tersebut.
Namun, itu sudah terlambat, murid-murid terlanjur menghirup uap merkuri yang berlebihan hingga membuat mereka keracunan.
Kepala sekolah kemudian menghubungi Departemen Pemadam dan Penyelamatan Port Dickson untuk membersihkan sisa raksa sementara anak-anak dilarikan ke klinik terdekat untuk diperiksa.
BACA JUGA: Ingin Kulit Kecokelatan, Dua Perempuan Ini Malah Jadi Mirip 'Hulk', Lihat Hasilnya!
Air raksa tersebut kemudian dibersihkan untuk menghindai keracunan merkuri yang lebih parah.
Orangtua sangat marah dan menuntut penjelasan dari manajemen sekolah karena mereka merasa bahwa insiden itu bisa ditangani dengan lebih efisien.
Kepala sekolah mendesak orangtua untuk mendengarkan cerita dari kedua belah pihak, bukan hanya penjelasan anak-anak mereka.
BACA JUGA: Ulang Tahun ke-48, 5 Foto Ini Buktikan Sophia Latjuba Tetap Awet Muda!
Terkait insiden tersebut, setelah diadakan investigasi akhirnya ketahuan, guru baru saja lulus dari universitas dan baru mulai bekerja di sekolah tahun lalu. (*)
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | worldofbuzz.com |
Penulis | : | Fita Nofiana |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR