Sehingga otomatis akan berpengaruh terhadap harga barang-barang yang terkait.
"Satu contoh misalkan tekstil kurang lebih 70% bahan bakunya impor tekstil. Kemudian farmasi mungkin sekitar 80% juga bahan bakunya di impor. Otomatis kalau impor, akan naik ongkosnya karena nilai tukar kita melemah," ujar Acuviarta Kartabi.
Hal tersebut juga termasuk pada kendaraan bermotor mulai dari mesin dan logam juga naik.
"Jadi saya khawatir sekali bahwa dampaknya itu sangat besar. Itu baru dampak dari nilai tukar," ujar Acuviarta Kartabi.
Kemudian, menurutnya secara tidak langsung akan ada respons dari penurunan nilai tukar berupa konsekuensi, di antaranya, Bank Central, juga Bank Indonesia akan menaikan bunganya.
Hal tersebut akan memukul sektor usaha dari sisi yang lain, karena sektor usaha tidak lepas dari sisi peminjaman.
"Jadi memang nilai tukar kita ini sangat mengkhawatirkan, saya kira harus segera dikendalikan," ujar Acuviarta Kartabi.
Baca Juga : Mengenal Kakebo, Solusi Cerdas Menabung ala Jepang Untuk Stay At Home Moms
Menurutnya, posisi nilai tukar Indonesia hari ini sudah mendekati seperti posisi September tahun 2015 lalu, kurang lebih mendekati posisi tiga tahun yang lalu.
Kenaikan harga juga dirasakan para pedagang komputer di Banjarmasin dan Banjarbaru.
Source | : | tribunnews |
Penulis | : | Shevinna Putti Anggraeni |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR