Di dalam rumah tangga mereka, lahir tiga anak lelaki, masing-masing berusia delapan, enam, dan empat tahun.
"Saya ingin berbagi ikatan ini dengan adik karena kehidupan menjadi lebih mudah bagi kami berdua," kata Pasang (25), di rumah keluarga mereka di Desa Simen, yang terletak di ketinggian 4.000 di atas permukaan laut dan diperlukan waktu lima hari berjalan kaki ke kota terdekat.
Baca Juga : Kocak! Foto Bareng Indra Herlambang, Melaney Ricardo Malah Tag Indra Bekti, Begini Reaksinya
Secara tradisional, warga Upper Dolpa merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang membuka jalan antara Nepal dan Tibet.
Saat ini mereka masih mengikuti tradisi menggiring yak yang membawa garam dari Tibet dan beras dari dataran Terai.
Dengan minimnya sumber daya alam, masyarakat Upper Dolpa tidak memiliki banyak harta.
Namun, praktik poliandri itu bisa mencegah pembagian harta di antara keluarga.
Persediaan makanan pun cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Sebagian besar pernikahan di kawasan itu sudah diatur keluarga.
Sebuah keluarganya yang memilih istri untuk anak lelaki tertua mereka dan memberi kesempatan adik-adiknya untuk menikahi perempuan yang sama di kemudian hari.
Dalam beberapa kasus para istri bahkan membantu merawat adik-adik suaminya, yang notabene calon suaminya juga, saat mereka masih kecil.
Hubungan seksual antara mereka terjadi ketika para lelaki itu dianggap sudah cukup umur.
Baca Juga : Reino Barack Akui Bisa Beri Semua yang Diinginkan Luna Maya Kecuali Satu Hal Ini
Artikel ini sudah pernah tayang di Intisari dengan judul Mengintip Tradisi Berbagi Istri di Sebuah Desa Terpencil Himalaya
ShopTokopedia dan Tasya Farasya Luncurkan Kampanye ‘Semua Jadi Syantik’, Rayakan Kecantikan yang Inklusif
Source | : | Intisari |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR