Tabloid-Nakita.com - Di negara kita, teh dikonsumsi oleh orangtua, orang muda, dan anak-anak. Sejatinya, harus ada perbedaan dalam takaran ideal konsumsi teh antara orang dewasa dan anak-anak. Tingkat kepekatan teh untuk anak juga berbeda dengan kepekatan teh bagi orang dewasa. Pada orang dewasa, konsumsi 3-4 gelas per hari, oke-oke saja. Tapi pada balita, cukup 1-2 gelas per hari.
Mengapa teh tak dianjurkan untuk anak balita?
Alasan utama mengapa teh belum dapat diberikan terlalu sering kepada anak adalah kandungan tanin dan kafein yang cukup tinggi pada teh. Tanin dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat besi dan kalsium dalam usus. Dalam jangka panjang dapat menyebabkan anemia. Anemia atau defisiensi zat besi mengakibatkan anak lelah, lemah, letih, dan mengurangi konsentrasinya dalam belajar. Akibatnya memengaruhi kecerdasan.
Sedangkan kalsium merupakan mineral dalam susu yang penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi anak. Kalau sampai tergerus oleh tanin, alangkah sayangnya. Selain itu, tanin juga dapat menyebabkan sembelit akibat terhambatnya sekresi/pengeluaran cairan pencerna makanan.
Kafein merupakan zat stimulan yang memengaruhi sistem saraf pusat, dapat menyebabkan gangguan tidur pada orang dewasa, anak, maupun bayi (ya betul, ini akibat bayi disusui oleh ibu yang mengonsumsi kafein), sakit kepala, gangguan mood (nervousness), dan iritabilitas (rewel).
Kafein juga berperan sebagai diuretik ginjal, yaitu meningkatkan produksi urine, yang secara tidak langsung menurunkan kadar elektrolit natrium dan kalium darah, bahkan dapat mengakibatkan dehidrasi pada cuaca panas. Tentunya, sebisa mungkin anak-anak jangan sampai mengalami dehidrasi, sedangkan mereka selalu aktif setiap harinya. Dehidrasi dapat membahayakan kesehatan dan mengancam keselamatan.
Anjuran untuk membatasi konsumsi teh pada anak balita juga didasari pada pemikiran bahwa minuman ini sebenarnya hanya sedikit mengandung zat gizi. Padahal, anak membutuhkan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak, selain zat mikro dari golongan vitamin dan mineral. Terlebih lagi, bila anak mengonsumsi teh yang diberi pemanis gula, ia jadi mudah merasa kenyang dan ujung-ujungnya menolak makan. Akhirnya, pola makan anak pun terganggu.
Nah, Mama jadi tahu kan mengapa teh tidak dianjurkan untuk anak balita?
Narasumber:
Dr. Yoga Devaera, SpA(K), Brawijaya Woman and Children Hospital dan RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, Guru Besar Pangan dan Gizi dari Institut Pertanian Bogor
Penulis | : | Hilman Hilmansyah |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR