"Jadi 2 tahun itu saya di rumah yang terpencil, terkucil. Alhamdulillah saya punya rumah di tempat yang terkucil dan terpencil, tidak ada listrik, hanya ada telepon dan telepon rumah itu pun kita putus dan tidak ada hubungan dengan tetangga karena the only one house of there di sudut," tambahnya.
Rumahnya kala itu benar-benar dikelilingi pepohonan tinggi yang bisa disebut hutan.
Tetapi, ia justru bersyukur bisa tinggal di rumah yang sangat terkucilkan selama proses merehabilitasi anaknya.
Baca Juga : Seorang Perempuan Meninggal Dunia Setelah 2 Jam Terhimpit Mobil Ringsek yang Dihantam Kereta Api
Baginya cara hidup seperti itu yang dipercaya bisa membantu anaknya keluar dari jeratan narkoba.
Titi menilai menyembuhkan korban narkoba perlu dengan perhatian, ketelatenan dan sentuhan kasih sayang.
"Tidak ada kata sembuh untuk narkoba, hanya dengan kasih sayang, sentuhan tangan kemudian kita sentuhkan telapak tangan kita ke ubun-ubun anak kita. Lalu kita sentuh dengan peluk dan tidak dengan kata-kata keras, tidak dengan tendangan dan makian," jelasnya.
Selama 2 tahun itu Titi Qadarsih hanya menanti kesiapan dan suara anaknya bertekad untuk tidak mau lagi memakai narkoba.
Usahanya bertahan di tempat terpencil pun tak sia-sia, Titi akhirnya mendengar sang anak berbicara "saya tidak mau lagi, saya mau sembuh".
Source | : | Kompas TV |
Penulis | : | Shevinna Putti Anggraeni |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR