Nakita.id - Menjalani pernikahan tentu berbeda dengan masa pacaran ya Moms.
Tak hanya bahagia, ada momen tertentu yang akan menguji kekuatan pasangan dalam mempertahankan rumah tangga.
Umumnya kebanyakan orang berpikir, masa awal pernikahan adalah yang paling membahagiakan.
Menurut pakar hubungan dalam banyak survey yang telah dilakukan, ternyata tahun ketiga merupakan tahun paling bahagia dalam kehidupan pernikahan.
Hal ini disebabkan, dalam kurun waktu tiga tahun suami dan istri sudah mulai bisa menerima kelemahan satu sama lain.
Selain itu, fase ini merupakan masa dimana pasangan mulai merencanakan kehadiran buah hati dalam keluarga kecil mereka.
Baca Juga : Wahai Pengantin Baru, Lakukan Kebiasaan Baik Untuk Sperma dan Hormon Ini Untuk Dapat Momongan
Sementara, banyak riset menunjukkan, tahun ketujuh merupakan fase tersulit dalam rumah tangga.
Sebagian besar survei menunjukkan, tahun kelima menjadi sangat penting karena pasangan akan mulai memperdebatkan banyak hal.
Dengan kehadiran anak, pasangan akan mulai berdebat mengenai pola asuh dan hal lainnya utamanya jika telah memiliki lebih dari satu anak.
Dikenal sebagai fase yang akan menyentak pernikahan, para ahli hubungan menyebut tahun ketujuh dalam pernikahan sebagai "The Concrete Wall".
Dalam fase ini, pasangan menyadari akan rutinitas kehidupan sehari-hari yang sangat membosankan sehingga jika tak disiasati dengan cermat akan banyak menimbulkan pertengkaran.
Alasannya bisa berupa masalah yang berkaitan dengan krisis keuangan, perawatan anak, pekerjaan rumah tangga atau masalah ego sederhana.
Baca Juga : 5 Aplikasi Cerdas Untuk Atur Keuangan, Ibu Rumah Tangga Wajib Punya!
Alasan lain yaitu pasangan cenderung sulit bersabar untuk berbicara dan menyelesaikan masalah sehingga tak jarang perceraian menjadi pilihan.
Selain itu, ego pasangan yang sama-sama tinggi juga dapat meningkatkan perceraian.
Jika salah satunya berbicara, maka penting untuk pasangan mendengarkan dengan sabar supaya masalah dapat diselesaikan.
Di samping itu, uang juga turut berperan dalam kehidupan pernikahan karena kebanyakan gugatan cerai berasal dari masalah keuangan.
Bahkan, menurut data yang dirilis oleh US Census Bureau, perceraian umumnya terjadi ketika pernikahan menginjak usia tujuh tahun.
Kesibukan pasangan dalam bekerja, mengurus, dan membesarkan anak acap kali membuat suami istri akhirnya terlalu lelah untuk bermesraan dan berkomunikasi seperti pada awal pernikahan atau masa-masa pacaran.
Baca Juga : 7 Kebiasaan Ini Pengaruhi Kualitas Sperma, Nomor 4 Sering Dilakukan!
Menurut pengacara perceraian, Michelle Crosby, tujuh tahun menikah secara monogami membuat semangat saling mencintai dan mendukung satu sama lain pada suami istri berangsur padam.
“Pasangan telah merasakan fase jenuh dan bosan.
Kondisi ini akibat dari komunikasi dua arah yang memburuk dan dibiarkan menjadi lebih parah. Tentunya, sangat berbahaya bagi pasangan", tutur Crosby.
Untuk itu, Crosby menyarankan agar pasangan suami istri yang telah menjalani pernikahan lebih dari lima tahun agar lebih sering meluangkan waktu berdua saja tanpa kehadiran anak.
“Liburan atau sekadar kencan akhir pekan hanya berdua sangat penting untuk suami istri,” imbuhnya.
Namun, apabila suasana pernikahan sudah tak tertolong dan benar-benar runyam, maka suami istri bisa meminta pertolongan lewat konsultasi dengan psikolog keluarga.
Bantu Kurangi Tanda Penuaan Dini, Collagena Hadir Penuhi Kebutuhan Kolagen Sebagai Kunci Awet Muda
Source | : | Brides,Boldsky.com |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR