Tabloid-Nakita.com – Menurut penelitian yang dirilis dalam jurnal Pediatric (29 Januari 2016) dan telah diterbitkan dalam situs kesehatan WebMD, obesitas dan diabetes dapat meningkatkan peradangan dalam tubuh mamil, sehingga berdampak pada perkembangan janin, termasuk pertumbuhan jaringan otak yang memiliki peran terhadap munculnya autisme pada anak sejak dalam kandungan. Para peneliti juga menemukan, anak-anak yang lahir dari ibu dengan kombinasi obesitas dan diabetes memiliki peningkatan risiko cacat intelektual, dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu tanpa obesitas dan diabetes..
Autisme adalah sindrom atau kumpulan gejala dari penyimpangan perkembangan sosial, gangguan kemampuan berbahasa, dan kepedulian terhadap sekelilingnya, sehingga si kecil seperti hidup dalam dunianya sendiri. Dokter Spesialis Obgin Rino Andriya menjelaskan, autisme umumnya diakibatkan adanya kerusakan otak yang memicu gangguan pada perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan sosial, sensoris, dan belajar si kecil. Biasanya, gejala sudah tampak sebelum usia si kecil genap 3 tahun.
Walau penyebab terjadinya kelainan/kerusakan otak belum dapat dipastikan, tetapi ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu kelainan tersebut, antara lain faktor keturunan (genetika); infeksi virus dan jamur; kekurangan gizi dan oksigenasi; obat-obatan; polusi udara dan air; serta makanan yang banyak mengandung Monosodium Glutamate (MSG), pengawet atau pewarna.
Sedangkan cacat/disabilitas intelektual adalah istilah lain dari tunagrahita yang merupakan keterbatasan tubuh dalam berfungsi, baik secara intelektual maupun perilaku, sehingga menyebabkan berkurangnya kapasitas seseorang untuk beraksi dalam cara tertentu. Keadaan ini biasanya muncul sebelum usia anak mencapai 18 tahun. Ada beberapa pendapat tentang penyebab disabilitas intelektual, di antaranya: gangguan kromosom saat hamil; mamil mengalami malgizi; konsumsi obat-obat terlarang atau bahan yang mengandung racun; serta penyakit saat kehamilan, seperti diabetes dan obesitas. Faktor lainnya ialah bayi lahir dengan berat badan rendah atau prematur; infeksi virus, seperti, meningitis atau rubela; atau si kecil mengalami cedera kepala yang parah.
Obesitas merupakan salah satu pemicu munculnya diabetes. Secara sederhana dijelaskan oleh Rino, obesitas dalam kehamilan terjadi saat Mama mengalami peningkatan berat badan (BB) selama kehamilan sebanyak atau lebih dari 3 kg per bulan atau lebih dari 15 kg selama hamil. Idealnya, untuk Mama yang memulai kehamilan dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) < 18,5 (kurus) diharapkan mengalami kenaikan BB 500 g per minggu atau sekitar 2 kg per bulan. Sementara, Mama yang di awal kehamilan memiliki IMT 18,5—24,9 (normal) diharapkan naik 400 g per minggu atau sekitar 1,5 kg per bulan. Namun bila IMT di awal kehamilan sama dengan atau lebih besar dari 25, maka kenaikan BB saat hamil hanya boleh 300 g per minggu atau 1—1,2 kg per sebulan, ya, Ma.
Untuk mengetahui IMT sebelum hamil, Mama dapat menghitungnya sendiri dengan rumus berikut: Berat Badan dalam kg / (Tinggi Badan dalam meter)². Obesitas sendiri dapat dipicu oleh banyak faktor, seperti pola makan dan kebiasaan jarang bergerak. Mengingat risiko yang mungkin timbul akibat obesitas, Mama diharapkan mencapai IMT ideal sebelum merencanakan kehamilan maupun di awal kehamilan, dengan melakukan modifikasi gaya hidup, diet, olahraga, dan farmakoterapi.
Penting diketahui, masih ada sederet risiko lainnya akibat obesitas dan diabetes yang dialami selama kehamilan, bukan hanya autisme dan cacat intelektual, Ma. Pembahasan selengkapnya dapat dibaca di rubrik KEHAMILAN Tabloid nakita edisi 920 yang terbit Rabu, 16 November 2016.
Penulis | : | Ayunda Pininta |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR