Masing-masing dari mereka harus mengikuti tes memori dan kemampuan berpikir di awal penelitian, lalu dilanjutkan kembali 8 tahun kemudian.
Mereka juga memberikan sampel darah, yang digunakan peneliti untuk mengetahui kadar kortisol, serta pindai MRI untuk mengukur volume otak.
Setelah menganalisis hasilnnya dan mengumpulkan informasi demografi dan kesehatan, para peneliti menemukan hubungan antara peningkatan kadar kortisol dengan penyusutan volume otak, juga rendahnya skor pada tes memori dan kognisi.
Baca Juga : Mantan Istri Deddy Corbuzier ke Lokasi Gempa Palu, Ada Anak yang Ingin Ikut Dengannya
Meski begitu, tidak ada partisipan dalam studi ini yang menunjukkan gejala demensia.
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, salah satunya, ia bersifat observasional.
Baca Juga : Sudah Mantap Ingin Bercerai, Angel Lelga Pernah Disebut Pelakor?
Artinya, hanya melihat hubungannya saja tanpa bisa membuktikan sebab-akibat. Para peneliti juga hanya mengukur kadar kortisol selama periode studi.
ShopTokopedia dan Tasya Farasya Luncurkan Kampanye ‘Semua Jadi Syantik’, Rayakan Kecantikan yang Inklusif
Source | : | nationalgeographic.grid.id |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR