"Kemudian tidegauge Banten di pelabuhan Ciwandan, tercatat pukul 21.33 WIB ketinggian 0.35 meter," kata Dwikorita.
Selanjutnya, lewat tidegauge Kota Agung di Desa Kota Agung, Kota Agung, Lampung tercatat pukul 21.35 WIB ketinggian 0.36 meter.
Yang terakhir tidegauge Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung tercatat pukul 21.53 WIB ketinggian 0.28 meter.
Menurutnya, berdasarkan ciri gelombangnya, tsunami yang terjadi kali ini mirip dengan yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah lalu.
"Periodenya (periode gelombang) pendek-pendek," katanya.
"Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Juga diiimbau untuk tetap menjauh dari pantai perairan Selat Sunda, hingga ada perkembangan informasi dari BMKG dan Badan Geologi," ujarnya.
Atas terjadinya tsunami, hingga saat berita ini ditulis, BNPB telah mencatat penambahan jumlah korban dalam insiden tsunami Anyer.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo mengungkapkan, korban meninggal dunia akibat tsunami yang melanda wilayah pantai di sekitar Selat Sunda bertambah menjadi 43 orang.
Baca Juga : Ifan Seventeen Geram Fotonya di Ranjang Tersebar, Begini Respons Sang Istri!
Sementara 584 orang mengalami luka-luka. Data tersebut merupakan data terkini BNPB, Minggu (23/12/2018) per pukul 07.00 WIB.
"Dua orang hilang. Kerugian fisik meliputi 430 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, 10 kapal rusak berat dan puluhan rusak," kata Sutopo dalam keterangan persnya.
Di Kabupaten Pandeglang tercatat 33 orang meninggal dunia, 491 orang luka-luka, 400 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, dan 10 kapal rusak berat.
Menurut pengamatan Nakita.ID yang sempat berada di Anyer pada bulan September 2018, saat itu dentuman keras terdengar dengan interval tak sampai tiap lima menit.
Lahar merah dan asap tebal tampak dari mulut gunung Anak Krakatau.
Namun warga, wisatawan dan pengelola tempat menginap tampak tidak terlalu khawatir. Seakan peristiwa itu bukan hal yang berbahaya.
Padahal BMKG saat itu menyatakan kondisi dalam Waspada I seperti yang dijelaskan di atas, dan bahkan sudah ada peringatan untuk wisatawan tidak dianjurkan berwisata mendekat ke radius tertentu.
Bahkan menurut saksi mata, pada Sabtu malam pukul 22:00 sudah banyak tamu di tempatnya menginap yang check out karena takut.
Namun pengelola mengatakan ombak hanya setinggi 2 meter. Akibatnya dirinya tidak ikut panik. Beruntung pada hari Minggu pagi dia buru-buru check out sehingga masih bisa kembali ke Jakarta dengan selamat.
Source | : | Kompas.com,nakita.id,BMKG,BNPB,KompasTV |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR