Nakita.id - Terletak di wilayah cincin api dunia (ring of fire), Indonesia merupakan negara yang amat rawan terhadap bencana alam.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, dan gunung berapi.
Baca Juga : Foto-foto Mutiara Carita Sebelum dan Setelah Diterjang Tsunami Banten
Sutopo menambahkan, Indonesia menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta urutan keenam untuk negara rawan banjir.
Beragam bencana alam telah terjadi, sebut saja gempa bumi dan tsunami dahsyat yang menyapu lepas pantai barat Sumatera pada 26 Desember 2004 silam yang menelan ratusan ribu korban jiwa.
Baca Juga : Tak Perlu Obat, Cegah Ejakulasi Dini dengan 6 Makanan Lezat Ini
Empat belas tahun kemudian, terjadi gempa dan tsunami kembali terjadi di Palu dan Donggala yang mengakibatkan 2.000 orang meninggal dunia dan ribuan orang lainnya terluka.
Belum lama, Sabtu (22/12) malam, terjadi tsunami di sekitar Selat Sunda yang dampaknya tak main-main.
Data mencatat sebanyak 281 orang meninggal, 1.061 orang luka, 57 orang hilang serta 11.687 orang mengungsi.
Bencana ini juga menyebabkan 611 rumah warga rusak, 69 hotel dan villa rusak, 60 warung-toko rusak serta 420 perahu rusak.
Baca Juga : Manfaat Menggambar, Tak Cuma Bikin Anak Jadi Kreatif, Simak Penjelasan Ahli
Tsunami yang datang secara tiba-tiba akan mengakibatkan korban jiwa berjatuhan, yang disebabkan beragam faktor.
Salah satunya, masyarakat tentu panik dan tidak memiliki waktu untuk melarikan diri dari terjangan ombak tinggi yang amat dahsyat.
Mereka tidak sempat berlari ke tempat tinggi atau berpegangan pada sesuatu yang benar karena kecepatan ombak yang kalah dengan langkah kaki.
Tak banyak yang tahu, bencana dahsyat di daratan Aceh ternyata menginspirasi dua warga Seatlle, Amerika Serikat menciptakan sesuatu untuk mengurangi jumlah korban.
Baca Juga : Sedikit yang Tahu, Beda Gelombang Tinggi dan Tsunami
Dua orang yang berprofesi sebagai insinyur kedirgantaraan bernama Julian Sharpe dan Scott Hill dilaporkan telah menciptakan tempat penampungan yang mengambang.
Berbentuk bulat dan berwarna oranye terang, benda ini dinamakan kapsul keselamatan atau Survival Capsule.
Sesuai dengan namanya, kapsul ini mampu menampung dua hingga 10 orang saat terjadi bencana alam seperti tsunami.
Kapsul yang terbuat dari aluminium ini diklaim dapat menjadi rumah sementara untuk manusia selama lima hari lamanya.
Baca Juga : Kedekatan Dylan Sahara dan Kembaran Ifan Seventeen, Jadi Tempat Mengadu Kalau Ribut Sama Suami
Kapsul keselamatan ini kedap air, serta mampu melindungi penghuni dari dampak awal bencana alam, penetrasi benda tajam, paparan panas, dan benturan benda tumpul.
Dengan spesifikasi demikian, Survival Capsule dianggap cocok untuk menolong korban tsunami, tornado, angin topan, gempa bumi, dan badai saat evakuasi tidak memungkinkan untuk dilakukan.
Lebih lanjut, kapsul keselamatan pun dibuat dalam lima ukuran yang berbeda.
Baca Juga : Waspada, Ternyata Ciri Rumah Seperti Ini yang Rawan Diincar Maling!
Namun, interior didalamnya tidak berbeda jauh.
Memiliki pintu masuk, di dalamnya ada tempat duduk dan wadah penyimpanan yang bisa menjadi penyelamat manusia selama lima hari terjebak dalam bencana.
Selain itu, terdapat fitur opsional tambahan seperti sistem tether, panel surya, toilet, pencahayaan internal, dan sistem musik.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Akhirnya Ilmuwan Temukan Ciri-ciri Fisik Psikopat
“Kapsul keselamatan merupakan solusi bencana yang bervariasi, yang artinya bisa berbeda-beda sesuai dengan kedalaman air hingga keadaan di luar sana,” jelas kedua insinyur itu di situs mereka.
“Ia juga memberikan kehangatan, keamanan, dan perlindungan selama periode pasca bencana awal sebelum awak penyelamat dan pekerja bantuan tiba di tempat kejadian.," sambungnya.
Baca Juga : Anak Sering Rewel Saat Naik Pesawat Terbang, Ini Trik Mengatasinya Versi Pilot
Dijelaskan Sharpe dan Hill, kapsul keselamatan berukuran kecil dapat digunakan di tempat tinggal pribadi.
Sementara itu, kapsul yang ukurannya lebih besar dirancang untuk menyelamatkan orang yang berada di kota, rumah sakit, bandara, dan sekolah saat bencana terjadi.
Tak sekadar inovasi, kapsul keselematan ini pernah masuk dalam kontes 2011 Creating the Future di NASA dan mendapatkan tempat di antara 10 finalis teratas.
Pada awal tahun ini, penjualan kapsul pertama dikirim ke Long Beach, Australia Barat.
Baca Juga : Salut, 100 Kota di Sri Lanka Sepakat Memboikot Penjualan Rokok!
Seorang warga Australia yang membelu kapsul tersebut, Jeanne J menginginkan kapsul yang bisa menampung dua orang jika suatu hari tsunami terjadi.
Penting untuk diketahui, teknologi ini kini bisa dipesan di Amerika Serikat dan Jepang.
Harga kapsul untuk dua orang yakni sekitar 13.500 US Dollar (Rp182 juta) dan kapsul untuk empat orang dibanderol sekitar 17.500 US Dollar (Rp237 juta).
Baca Juga : Dijamin Bebas Cemburu. Ini Dia Cara Memberitahu Kakak Soal Kehadiran Calon Adik.
Apakah teknologi mutakhir ini akan mampir juga ke Indonesia, atau diproduksi mandiri oleh anak bangsa?(*)
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Source | : | BBC,Twitter,dezeen.com |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR