Nakita.id – Perempuan Inovasi berkolaborasi secara eksklusif dengan Direktorat Jenderal Vokasi sebagai mitra strategis untuk memberikan peluang lebih besar bagi perempuan yang menempuh atau telah menyelesaikan pendidikan vokasi untuk terlibat dalam pelatihan keterampilan digital.
Sebagai puncak dari program, Perempuan Inovasi 2024 mengadakan Demo Day sebagai sarana untuk menampilkan hasil pembelajaran dan inovasi yang telah mereka kembangkan selama program.
Selain itu, ada juga talk show bertema “Peran Perempuan di Era Digitalisasi dan AI”.
Diskusi ini akan menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) secara bertanggung jawab dan beretika.
Dalam era yang dipenuhi perubahan teknologi, pemerintah memprioritaskan program-program yang memberdayakan perempuan sebagai pilar pembangunan sumber daya manusia (SDM).
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah merupakan kolaborasi antara universitas, lembaga penelitian, dan industri dalam pengembangan teknologi yang relevan dengan kebutuhan nasional; termasuk program-program yang mendorong kesetaraan gender dan inklusi sosial. Hal ini dikarenakan pemerintah melihat peran perempuan sebagai salah satu pilar penting dalam pembangunan SDM.
“Kekurangan representasi perempuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki dampak berantai. Secara khusus, dalam ranah kecerdasan buatan (AI), terutama dengan model bahasa besar (LLM), teknologi ini belajar dari data—data yang sering kali mencerminkan bias yang ada dalam masyarakat.” ujar Prof. Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
“Ambil contoh, sebuah pertanyaan sederhana yang diajukan kepada LLM: Berdasarkan data pendapatan orang-orang dengan latar belakang akademis dan pengalaman saya, berapa seharusnya gaji Stella Christie? Karena LLM dilatih dengan data dari dunia nyata, dan karena data tersebut mencerminkan pola sosial—seperti kesenjangan gaji yang terus ada di mana perempuan, meskipun dengan kualifikasi dan pengalaman yang setara, dibayar lebih rendah daripada laki-laki—model ini hampir pasti akan menyarankan gaji yang lebih rendah untuk saya. Inilah yang menunjukkan mengapa representasi, keterlibatan, dan kepemimpinan perempuan dalam pengembangan AI bukan hanya penting, tetapi sangat krusial. Tanpa perspektif yang beragam dalam mengarahkan penciptaan teknologi ini, kita berisiko memperkuat bias-bias yang justru ingin kita hilangkan”. jelas Prof. Stella.
Adapun salah satu tantangan terbesar perempuan di era digitalisasi dan teknologi berbasis AI berkaitan dengan pendidikan tinggi di Indonesia yang belum optimal.
Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut maka pemerintah akan segera menjalankan program yang fokus pada pengembangan keterampilan digital mahasiswa, dengan prioritas khusus bagi perempuan.
Oleh karena itu, pemerintah bersama mitra strategis berupaya menyediakan akses pelatihan coding, analisis data, dan pengelolaan proyek digital melalui platform daring bersubsidi atau gratis.
Baca Juga: Hari Anak Nasional 2024: Tips Orang Tua Cerdas Era Digital Parenting
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR