Ia juga belum dapat memandang partisipasi sebagai “kita” ketika melakukan sesuatu bersama, tetapi lebih sebagai “saya” menginginkannya.
Nah, untuk mewujudkan keinginannya, ia akan melakukan segala usaha agar berhasil, baik dengan mimik muka, fisik, kata-kata, dan mungkin tangisan alias ngotot.
Rasa ingin tahu yang tinggi juga menjadikan si batita kerap bersikap ngotot.
Ia akan melakukan apa pun demi memenuhi rasa ingin tahunya.
BACA JUGA: Pentingnya Pemeriksaan, Moms Bisa Cek Gratis Hepatitis di Tempat Ini!
Seringnya, karena dianggap membuat rumah berantakan, berbahaya, atau dapat mengundang penyakit, orangtua lantas melarang anak, yang disambut dengan sikap ngotot-nya.
KOMENTAR