Hipotiroid pada Ibu Hamil: Sebaiknya Diterapi atau Tidak?

By Irene Harris, Rabu, 22 Februari 2017 | 22:15 WIB
Hipotiroid saat hamil sebaiknya diterapi atau tidak? (Dini Felicitas)

Nakita.id - Kehamilan bisa berpengaruh terhadap kelenjar maupun fungsi tiroid. Bila kelenjar tiroid Mama terlalu aktif selama hamil atau sering disebut hipertiroid, Mama bisa mengalami komplikasi preeklamsia serta berisiko melahirkan bayi sebelum waktunya. Sementara itu, bila kelenjar tiroid Mama ternyata tidak aktif, Mama dapat mengalami anemia dan preeklamsia. Tidak hanya itu, risiko Mama memiliki plasenta abnormal dan mengalami perdarahan usai bersalin juga lebih tinggi. Bayi pun bisa lahir dengan berat badan yang rendah akibat hipotiroid yang diderita Mama.

Di Amerika Serikat, hipotiroid diperkirakan terjadi dalam 15% kehamilan. Di satu sisi, dokter seringkali ragu melakukan terapi untuk mengatasi gangguan ini, karena dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko keguguran. Namun di lain sisi, 18 studi memperlihatkan bahwa ibu hamil dengan kondisi hipotiroid subklinis (hipotiroid yang sedikit atau tidak disertai gejala klinis) juga berisiko lebih tinggi mengalami keguguran bila tidak mendapatkan terapi.

"Selain itu, ada juga risiko placenta abruption atau terlepasnya plasenta dari dinding rahim, pecah ketuban sebelum waktunya, serta kematian pada bayi," kata Dr. Spyridoula Maraka, Pakar Endokrinologi dari Mayo Clinic.

Hasil penelitian Maraka dengan timnya berhasil melahirkan pedoman baru dalam menangani gangguan hipotiroid subklinis pada ibu hamil. Caranya? Dengan memberikan terapi hormon tiroid. Hasil pengujian terhadap ibu hamil dengan hipotiroid subklinis memperlihatkan menurunnya risiko keguguran. Namun, para responden ini memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur, diabetes kehamilan, dan preeklamsia.

"Kami menyimpulkan, pengobatan hipotiroid ini lebih cocok bagi para ibu yang memiliki level hormon TSH (thyroid stimulating hormone) yang tinggi. Sementara bila ibu memiliki level TSH yang rendah, hipotiroid subklinis yang dialaminya sebaiknya tidak perlu diobati," kata Juan Brito Campana, ahli Endokrinologi yang tergabung dalam tim peneliti. Hasil studi ini dimuat pada British Medical Journal edisi Januari 2017.

Nah, untuk mengetahui apakah kondisi hipotiroid Mama sebaiknya segera ditangani atau tidak, sebaiknya Mama berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Dari situ, Mama akan tahu apakah hipotiroid yang diderita saat hamil sebaiknya diterapi atau tidak.