Nakita.Id- Preeklampsia itulah gangguan yang merenggut pejuang emansipasi wanita Raden Ajeng (RA) Kartini di usianya yang sangat muda. Asal tahu saja, R.A Kartini dinyatakan meninggal empat hari setelah melahirkan anaknya buah perkawinan dengan Raden Adipati Joyodiningrat.
Kartini mengalami komplikasi saat melahirkan putra pertamanya yang diakibatkan sebuah penyakit bernama preeklampsia. Penyakit ini menjadi momok kedua paling menakutkan bagi ibu yang akan melahirkan. Tak jarang ibu hamil meninggal dunia akibat penyakit ini.
Preeklamsia adalah penyakit keracunan kehamilan setelah kehamilan berusia 20 minggu. Preeklamsia umumnya muncul di trimester ketiga. Beberapa hal diduga menjadi penyebabnya di antaranya: kehamilan ganda, hidramnion (kembar air), hipertensi, semakin tua usia kehamilan dan sebagainya. Preeklamsia bisa menyebabkan keguguran, bayi berat lahir rendah, bahkan kematian namun preeklamsia ringan jarang mengakibatkan kematian ibu.
Baca juga: Deteksi Dini Diabetes Melitus Pada Bayi
Bila ibu hamil menunjukkan gejala sebagai berikut, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan kepastian apakah telah terjadi preeklamsia atau karena sebab yang lainnya.
1. Tekanan darah tinggi.
Tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih (harus naik 30 mmHg atau lebih atas tekanan yang biasanya), tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih (harus naik 15 mmHg atau lebih atas tekanan yang biasanya). Pemeriksaan tekanan darah ini minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
2. Proteinuria.
Proteinuria adalah protein dalam urine dengan konsentrasi melebihi 0,3 g/liter yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
3. Edema.
Edema adalah pembengkakan pada kaki, jari tangan atau muka sebagai akibat penimbunan cairan. Bisa juga terlihat adanya kenaikan berat badan 1 kg seminggu selama beberapa kali.
Baca juga: 9 Bulan Tentukan Kualitas Hidup di Masa Depan
Pencegahan dan Penanganan
Supaya tidak terjadi preeklamsia, ibu hamil harus mengatur pola makannya dengan mengonsumsi makanan tinggi protein, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan rendah garam. Dengan begitu, berat badan tidak bertambah secara berlebihan dan preeklamsia bisa dihindari. Selain itu dengan semakin tuanya usia kehamilan sebaiknya ibu hamil juga mendapat istirahat yang cukup. Tidak berarti harus berbaring di tempat tidur, tapi setidaknya jangan lagi melakukan aktivitas fisik yang berat.
Namun bila telah terjadi preeklamsia, dokter akan melakukan penanganan yang bertujuan mencegah terjadinya preeklamsia berat bahkan eklamsia, menyelamatkan nyawa janin, melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya. Pada preeklamsia ringan, dokter akan menyarankan ibu hamil untuk istirahat. Dengan beristirahat akan mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar sehingga tekanan darah akan turun dan edema berkurang. Pada kasus yang berat ibu hamil harus dirawat di rumah sakit untuk mencegah timbulnya kejang dan dokter akan memberikan obat serta tindakan yang dianggap perlu.
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Ipoel |
KOMENTAR