Bisakah Anak Mengingat Kehidupannya Saat Masih Bayi?

By Meisy Billem, Rabu, 15 Maret 2017 | 02:15 WIB
Benarkah anak bisa menggali memorinya ketika masih bayi? (Dini Felicitas)

Nakita.id - Kebanyakan orang tidak ingat apapun mengenai kehidupan mereka sebelum usia 3 tahun. Tetapi sebuah penelitian baru dari New York University menunjukkan bahwa kenangan yang terbentuk di awal kehidupan mungkin masih tersimpan dalam otak kita. Dengan pemicu yang tepat, kenangan mungkin dapat muncul, demikian menurut laporan New Scientist.

Penyebab yang pasti mengapa kenangan saat kita bayi hilang masih menjadi misteri. Teori menyatakan bahwa itu ada hubungannya dengan fakta bahwa otak kita masih berkembang di masa-masa tersebut. Tetapi tidak jelas mengapa hanya memori saat bayi yang menghilang, sementara aspek penting lainnya seperti kecerdasan, tidak. 

Misalnya, kecerdasan untuk mencaritahu cara untuk bergerak dan berkomunikasi pada saat kita bayi, serta mencaritahu apa yang kita suka dan tidak suka.  Kenangan tentu akan berguna selama periode ini juga, tapi kenangan -sampai benar-benar terbentuk- bisa memudar dengan cepat. Benarkah? 

Alessio Travaglia, PhD, peneliti dari New York University, percaya bahwa otak kita mungkin benar-benar menyimpan semua kenangan saat masih bayi, dan kenangan tersebut mungkin bisa dihidupkan kembali dengan stimulus yang tepat. Untuk menyelidikinya, dia menggunakan tikus.

Hewan ini digunakan sebagai objek percobaan karena tikus juga mengalami amnesia infantil, seperti manusia. Tikus yang berusia sekitar 17 hari setara dengan anak usia 2 atau 3 tahun. Tikus muda cenderung lupa beberapa hal yang cukup mendasar. Misalnya, tikus berusia 17 hari dan yang lebih muda biasanya lupa kapan bagian dari kandangnya mampu mengejutkan mereka. Hal seperti itu tidak terjadi pada tikus yang lebih tua. Karena sudah tahu jebakan itu, mereka belajar menjauh.

Travaglia menemukan, semua tikus muda membutuhkan semacam pengingat. Jika mereka terkejut dua kali, seringkali memori masa kecil mereka akan muncul kembali.

"Tiba-tiba memori mereka muncul kembali," katanya. "Ini menunjukkan bahwa memori itu masih ada, hanya biasanya tidak dapat diakses."

Pernyataan Travaglia ini tentu mengundang kontroversi. Karena tidak jelas apakah itu memori infantil tikus yang muncul kembali, atau hanya sebuah memori baru yang terbentuk karena hal tidak menyenangkan yang terjadi dua kali. 

Selanjutnya, yang menjadi perdebatan, benarkah tikus mengalami amnesia infantil seperti manusia? Tapi jika percobaan pada tikus memberikan kemungkinan, maka hal itu mungkin membangkitkan kenangan infantil kita juga.

Mungkinkah kenangan infantil yang terpendam ini dipicu hipnosis? Atau mungkin, muncul tiba-tiba saat kita mengalaminya lebih dari satu kali? Atau ini adalah bukti trauma masa kecil yang bersembunyi di otak kita?

Saat ini hanya ada daftar kemungkinan yang panjang. Tampaknya Travaglia membutuhkan lebih banyak bukti daripada sekadar studi menggunakan tikus untuk mengembangkan teorinya, tapi setidaknya itu merupakan awal yang menarik. Pada waktunya, mungkin penelitiannya akan membuka segala macam cara yang dapat meningkatkan ingatan kita, memunculkannya kembali, atau bahkan mungkin memendamnya.