Mengapa Si Batita Sulit Sekali Diberi Pengertian?

By Irene Harris, Kamis, 16 Maret 2017 | 05:30 WIB
Mengapa anak batita sulit diberi pengertian? (Dini Felicitas)

Nakita.id - Sering kerepotan karena si batita selalu bertanya "kenapa?" saat Ibu memintanya mandi, pakai baju, tidur siang, hingga berhenti main? Apalagi jika ditambah si kecil langsung mengamuk kalau keinginannya tidak mandi seharian atau main terus hingga malam tidak kesampaian. Sudah dijelaskan alasannya pun dia masih tetap tidak mengerti. Kenapa itu bisa terjadi?

Sebab sebenarnya si batita punya logika yang berbeda dengan orang dewasa. Itu sebabnya, selogis apa pun penjelasan Ibu bisa jadi dia kurang dapat menangkap maksudnya.

Menurut Claire Lerner, LCSW, ahli di bidang perkembangan anak dari organisasi nirlaba Zero to Three, masuk usia 2-3 tahun si kecil mulai belajar berpikir logis. Itu sebabnya dia selalu bertanya apa dan kenapa. Tapi, tahapan usia ini bisa begitu menantang bagi para orangtua. Sekarang mungkin si batita bisa diberi pengertian kenapa tidak boleh makan kue sebagai makan siang. Tapi tak lama kemudian dia kembali bersikeras kalau kue itu makanan kesukaannya, jadi dia mau makan kue pagi, siang, dan malam.

"Pada usia ini si kecil masih belajar mengendalikan emosinya. Ditambah lagi, kondisinya saat itu juga bisa berpengaruh pada cara berpikirnya," kata Lerner.

Saat si batita sedang lapar atau lelah, dia cenderung lebih sulit diajak kompromi. Begitu juga ketika yang dilarang itu adalah hal yang paling ditunggu-tunggu olehnya. Seperti ketika Ibu tidak mengizinkannya bermain di taman karena di luar sedang hujan lebat. Satu lagi, karakter anak juga turut berpengaruh, Bu. Kalau dia termasuk anak yang gigih memperjuangkan keinginannya, tentu saja sulit diajak bicara.

Cara terbaik untuk menghadapi logika si batita yang berbeda dengan orang dewasa adalah dengan bersikap konsisten. Kalau Ibu sudah menjelaskan aturannya ("cuci tangan dulu sebelum makan") dan si kecil tidak mau mengikuti, jangan menyerah saat dia mengamuk. Biarkan saja dia mengamuk, marah-marah, atau menangis.

"Kalau Ibu menyerah, anak bisa gagal belajar arti peraturan. Sementara kalau tindakan Ibu sesuai dengan perkataan, ia akan belajar mematuhi aturan dengan lebih baik," kata Lerner.