Rawat Gabung di Rumah Sakit Sering Ditawarkan, Benarkah Ada Risikonya?

By Irene Harris, Jumat, 17 Maret 2017 | 00:30 WIB
Untuk mencegah bayi terjatuh saat rawat gabung, pastikan ia tidur dalam boks tersendiri. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Fasilitas rawat gabung atau tidur bersama bayi dalam satu kamar segera setelah melahirkan kini sering ditawarkan oleh rumah sakit, agar Ibu bisa menjalin bonding dengan bayi sekaligus lebih nyaman saat menyusui. Kebijakan global "Baby-Friendly Hospital Initiative" yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia WHO dan United Nations Children's Fund pada 1991 juga merekomendasikan rawat gabung, karena bisa mendukung pemberian ASI eksklusif bagi bayi.

Tetapi anjuran untuk rawat gabung ternyata bisa berbalik membahayakan bagi bayi, jika tidak disertai dengan pemantauan terus-menerus oleh pihak rumah sakit. Penelitian di jurnal JAMA Pediatrics yang dimuat Agustus 2016 menyebutkan, fasilitas rawat gabung ini bisa meningkatkan risiko Sudden Unexplained Postnatal Collapse (SUPC) atau memburuknya kondisi bayi secara tiba-tiba setelah lahir tanpa penyebab yang jelas, yang dapat menyebabkan kematian mendadak. SUPC umumnya dapat terjadi dalam kurun waktu satu minggu pertama kehidupan bayi.

Kondisi ibu yang sangat lelah dan masih dalam pengaruh obat bius membuatnya tidak bisa menyusui bayinya dengan baik. "Kondisi fisik ibu yang terbatas usai bersalin membuat proses menyusui jadi kurang nyaman dan bisa berbahaya bagi bayi. Ada kemungkinan bayi terjatuh dari tempat tidur di malam hari tanpa diketahui karena ibu tertidur akibat kelelahan," kata Dr. Joel L. Bass, Kepala Departemen Kesehatan Anak dari Newton-Wellesley Hospital, Massachusetts.

"Dari perspektif pencegahan sindrom kematian mendadak pada bayi (sudden infant death syndrome atau SIDS), hal ini bisa dibilang tidak aman. Idealnya, risiko ini sudah bisa diantisipasi oleh staf rumah sakit, salah satunya dengan melakukan pemeriksaan tanda vital secara berkala," tambah Bass.

Bass juga menyebutkan, praktik rawat gabung dengan tidur bersama yang tidak aman selama di rumah sakit ini kemungkinan akan terus dibawa oleh ibu hingga sudah berada di rumah, tanpa sadar bahwa itu bisa berpengaruh buruk terhadap bayinya.

"Hasil penelitian kami lebih menyarankan, lebih baik tidak terlalu menekankan pada eksklusifnya menyusui. Yang lebih penting adalah dorongan bagi para ibu untuk terus berusaha menyusui, misalnya dengan membekali ibu info penting seputar laktasi," kata Bass.

Cara lainnya, jika rumah sakit tempat Ibu bersalin memiliki fasilitas rawat gabung, pastikan bayi ditidurkan dalam boks bayi tersendiri di samping tempat tidur Ibu. Selain itu, pastikan selalu ada pengawasan untuk ibu yang baru melahirkan, baik yang bersalin secara normal maupun yang menjalani persalinan secara caesar.