6 Perilaku Aneh Batita yang Sebenarnya Normal

By Irene Harris, Selasa, 2 Mei 2017 | 05:15 WIB
Punya teman khayalan normal diperlihatkan anak sebagai bentuk respons terhadap dunia yang sulit untuk dipahami. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Dalam keseharian selalu ada saja tingkah laku si batita yang membuat Ibu mengelus dada. Dari ngotot pakai kostum Batman seminggu penuh, ingin telanjang seharian, hingga menganggap dirinya kucing. Yang jelas, fase aneh ini adalah bagian dari proses perkembangannya. Inilah cara si kecil memahami dunia sekitarnya.

“Ibu tidak perlu khawatir, karena ini sifatnya sementara. Sejalan dengan usianya, perilaku aneh ini akan menghilang,” kata Heather Wittenberg, Psikolog Anak dan Penulis buku Let’s Get This Potty Started! The Babyshrink’s Guide to Potty Training Your Toddler.

Apa saja perilaku aneh batita yang sebenarnya bisa dibilang normal? Berikut ini adalah 6 contohnya:

1. Membentur-benturkan kepala Pernah melihat si kecil membentur-benturkan kepala atau mengangguk-anggukkan kepala secara berulang dan berirama? Menurut Wittenberg, gerakan berulang ini sebenarnya dapat meredakan sistem saraf yang terlalu banyak mendapat stimulasi. “Bagi Ibu kelihatannya mungkin mengganggu, tapi bagi anak ini sangat menenangkan,” kata Wittenberg (baca juga: Bayi Suka Membenturkan Kepala? Ternyata, Ini Penyebabnya!).

Selama si kecil tidak hanya sibuk membentur-benturkan kepala sampai terluka dan lupa bermain dengan anak-anak lagi, biarkan saja. “Kalau Ibu bereaksi berlebihan terhadap perilaku ini, si kecil dapat menggunakannya setiap kali ia ingin mendapat perhatian lebih dari Ibu,” kata Wittenberg. Sarankan kegiatan lain untuk mengalihkan perilaku ini. Misalnya, kalau selama ini Ibu perhatikan si kecil membentur-benturkan kepala setiap kali sudah lelah, minta dia untuk mengelus-elus kepala boneka kesayangannya.

2. Memasukkan tangan ke dalam celana Tertarik dengan organ intimnya sendiri adalah kebiasaan lain yang menurut Wittenberg tidak perlu dianggap sebagai masalah besar. “Kecuali, si kecil sibuk melakukannya hingga tidak mau bermain dengan anak lain atau makan es krim yang ada di hadapannya,” katanya.

Melarang si kecil memasukkan tangan ke dalam celana malah membuatnya makin penasaran untuk terus melakukannya. Wittenberg menganjurkan Ibu untuk memberi batasan. “Misalnya, dengan berkata padanya untuk melakukan ini hanya ketika di kamar dan tidak saat berada di luar rumah,” kata Wittenberg. Selebihnya, coba ajak dia melakukan kegiatan lain untuk mengalihkan perhatiannya.

3. Mengupil Memang menjijikkan, tapi harus diakui bahwa lubang hidung adalah area yang paling menarik untuk dijelajahi. Kunci utama untuk menghadapi perilaku ini adalah bersikap tenang. Ibu bisa berkata padanya, “Kamu boleh mengupil, tapi saat sedang sendirian atau di kamar mandi, dan gunakan tisu (baca juga: Ngupil dan Makan Upil Ternyata Baik buat Kesehatan. Alasannya Sungguh Tak Disangka!)."

4. Bukan makanan tapi dimakan Pernah menangkap basah si kecil mencoba memakan gumpalan bulu kucing peliharaan yang tertinggal di sofa rumah? Ini juga pasti perilaku aneh batita yang sebenarnya normal saja. Menurut Wittenberg, pada usia batita si kecil cenderung menggunakan mulutnya sebagai alat untuk mengeksplorasi dunia. “Anak-anak usia ini suka bereksperimen. Tapi, ada kalanya ini disebabkan adanya dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan dalam dirinya,” kata Wittenberg.

Sebaiknya Ibu memperhatikan kebiasaan ini, baik dari frekuensi maupun pilihan “makanannya”. Jika sesekali ia tampak mencoba memakan beberapa barang yang tidak normal, alihkan perhatiannya. Tapi jika hal ini sering dilakukan dan anak misalnya terobsesi untuk makan kotoran kucing, sebaiknya Ibu waspada. “Ini waktunya mengajak anak berkonsultasi ke dokter anak,” kata Wittenberg.

5.  Punya teman khayalan Batita Ibu pernah bercerita punya teman di rumah selain saudara kandungnya? Atau terlihat begitu terobsesi dengan bonekanya sehingga sering dibawa ke sana-sini dan diajak bicara seperti manusia (baca juga: Anak Punya Teman Khayalan, Normalkah?)?

Menurut Wittenberg, perilaku ini normal diperlihatkan anak sebagai bentuk respons terhadap dunia yang begitu membingungkan dan sulit untuk dipahami. “Anak pun cenderung membangun dunianya sendiri agar ia merasa lebih nyaman,” jelasnya. Cobalah pahami dan terima dunia imajinasi si Kecil.

6. Bermain dengan kotorannya sendiri Si kecil pernah membuka popok sekali pakainya yang sudah kotor dan memainkan isinya? Jorok, ya, Bu? Tapi sebenarnya bagi si kecil, ini adalah bagian dari eksplorasinya untuk mengetahui hal-hal baru. “Alihkan keinginan si kecil untuk bereksplorasi dengan kotorannya sendiri melalui kesempatan untuk bermain dengan kotoran lainnya. Misalnya membangun istana dari pasir, bermain lumpur, atau bermain dengan clay,” saran Wittenberg. Bila si kecil masih tetap tertarik dengan popok kotornya, cegah keinginan ini dengan segera mengganti dan membuang popok yang sudah terkena kotoran. Pencegahan adalah langkah terbaik, Bu.