Apa Dampak pada Anak Jika Orangtua Berteriak Memarahinya?

By Avrizella Quenda, Kamis, 11 Mei 2017 | 11:38 WIB
jangan berteriak kepada anak untuk menghukumnya (Avrizella Quenda)

Nakita.id - Menjadi orang tua adalah salah satu dari sedikit posisi di mana berteriak rasanya wajib. Pertanyaannya bukan mengapa orang tua berteriak — pasti ada sejuta alasan —  tapi apa dampaknya bagi anak. Dan konsensus ilmiah yang kian berkembang adalah bahwa berteriak atau membentak membuat anak-anak menjadi lebih agresif dan lebih gelisah.

Menurut Dr. Laura Markham, pendiri Aha! Parenting dan penulis Peaceful Parent, Happy Kids: How to Stop Yelling and Start Connecting, berteriak adalah sesuatu yang bisa kita tinggalkan. 

Lawan, Lari, atau Diam

Laura mengatakan bahwa meskipun orang tua yang berteriak tidak merusak otak anak-anak, mereka mengubahnya. "Katakanlah selama pengalaman menenangkan, neurotransmiter otak merespons dengan mengirimkan biokimia yang menenangkan agar kita aman. Saat itulah anak sedang membangun jalur saraf untuk tenang."

(Baca juga : Jangan Berteriak pada Anak Jika Ingin Menghukumnya)

"Anak itu melepaskan biokimia yang mengatakan ingin melawan, lari, atau diam. Mereka mungkin akan memukul Anda. Mereka mungkin melarikan diri. Atau mereka hanya diam. Tidak ada yang bagus untuk pembentukan otaknya," katanya. Jika tindakan itu terjadi berulang kali, perilaku tersebut dapat berubah menjadi kebiasaan.

Berteriak Bukanlah Bentuk Komunikasi 

"Ketika orang tua berteriak, anak-anak hanya menyetujui di awal, tapi anak tidak terbuka terhadap pengaruhnya," kata Dr. Laura. Anak-anak yang lebih muda bisa menangis; Anak-anak yang lebih tua akan terlihat lebih dewasa, tapi keduanya justru tidak mendengarkan apa yang dikatakan orang tuanya.

Orang Dewasa Menakutkan

Kekuatan orang tua untuk mengatur anak-anaknya adalah mutlak. Bagi anak, orang tua adalah manusia yang dua kali ukurannya serta menyediakan hal-hal yang ia butuhkan untuk hidup: Makanan, tempat berlindung, dan cinta. Ketika orang yang anak percaya secara implisit menakut-nakutinya, itu membuatnya tidak merasa aman dan akan benar-benar menakutkan. Seorang anak berusia 3 tahun mungkin tampak mengeluarkan sikap seperti orang dewasa, namun tetap saja ia tidak memiliki kedewasaan emosional untuk diperlakukan seperti itu.

Orang tua yang Berteriak Melatih Anak Menirukan

Orang tua yang selalu berteriak di rumah membuat perilaku itu seakan normal bagi anak dan ia akan beradaptasi dengan hal itu. Laura mencatat bahwa jika seorang anak tidak menatap mata saat dimarahi, terlalu banyak omelan yang terjadi. Sebagai gantinya, orang tua harus terlebih dahulu dan terutama menjadi model pengaturan diri sendiri. Intinya, jika ingin membuat anak berperilaku baik, orang dewasa harus terlebih dahulu memberikan contoh.

(Baca juga : Ini Alasan Mengapa Anak Suka Menangis dan Berteriak)

Ini Bukan Tentang Membiarkan Anak Begitu Saja

Anak akan tahu jika orang tuanya sedang kesal saat mereka berteriak padanya. Orang tua mungkin merasa bahwa tindakannya ini adalah salah satu bentuk disiplin. Namun, yang terjadi justru semakin memperburuk. Orang tua yang sering menakut-nakuti anak akan kehilangan kepercayaan dari si anak dan bisa saja hubungan keduanya renggang karena si anak takut atau membenci.

Ada metode alternatif yang lebih efektif untuk memberi tahu anak, "Jika orang tua merespons dengan rasa humor, Anda tetap mempertahankan otoritas Anda dan tetap terhubung dengan anak," kata Dr. Laura. Anak yang tertawa sepertinya hasil yang lebih baik ditunjukkan daripada meringkuk ketakutan.

(Baca juga : Hati-hati, 5 Kalimat ini Melukai Batin Anak)

Kapan Orangtua Boleh Berteriak?

Sebagian besar waktu berteriak tidak bersifat preskriptif, "Ada kalanya bagus untuk berteriak bila Anda memiliki anak yang saling bertengkar, seperti saudara kandung, atau ada bahaya nyata di depan anak." Ini adalah contoh saat orang tua mengejutkan anak, tapi cara ini menunjukkan bahwa Ibu bisa langsung mendapat perhatian anak. Pada dasarnya, berteriak hanya untuk memperingatkan, dan berbicara untuk menjelaskan.