6 Tip Menghadapi Perubahan Perilaku Bayi Usia 4 Bulan

By Saeful Imam, Rabu, 24 Mei 2017 | 05:15 WIB
Perkembangan otak bayi perlu didukung stimulus yang tepat (Gisela Niken)

Nakita.id - Usia tiga bulan adalah saat di mana segala sesuatunya mulai menjadi pola yang lebih mudah diprediksi. Ritme sirkadian bayi mulai berkembang, sudah dapat bangun dan berinteraksi lebih banyak, serta waktu tidur lebih mudah ditebak. Namun, setelah periode ini, Ibu justru tampak kacau karena periode perkembangan bayi usia 4 bulan adalah yang paling menantang.

Pola ini dapat dikenali dari perubahan waktu tidur, makan dan perilaku si bayi. Kebanyakan orangtua memerhatikan perbedaan besar dalam perilaku bayi antara usia 4-6 bulan. Berikut adalah enam cara bagaimana bayi dapat berubah, dan apa yang dapat Ibu lakukan untuk melewatinya:

# 1: Bayi Tampaknya Terganggu Saat Diberi Makan

Bayi pada usia 4 bulan bisa makan selama 45 menit atau lebih. Tapi perubahan mendadak terhadap perilaku makan pada usia ini bisa menjadi kejutan. Hampir dalam semalam, bayi tidak dapat fokus pada makan dan dapat terganggu pada waktu makan.

(Baca juga : Jangan Kaget, Begini Perilaku Bayi Baru Lahir)

Bayi tidak lagi bisa menyaring stimulus yang tidak relevan atau tidak penting. Namun suara, gerakan dan pemandangan dapat mengalihkan perhatiannya dalam sekejap. Di sini ia akan mempraktikkan keterampilan barunya, yakni menggerakkan kepalanya untuk menemukan suara atau melacak benda yang bergerak secara visual.

Misalnya bila bayi memuntahkan dan menjauhi payudara, itu adalah respons terhadap gangguan. Bayi sering tampak tidak tertarik untuk diberi makan lebih lama daripada waktu minimal di siang hari. Namun, ini bukanlah tentang pasokan ASI yang kurang, melainkan di usia ini bayi menjadi sangat efisien dalam minum susu dan dapat mengambil banyak susu dalam waktu yang sangat singkat.

Untuk saat ini, batasi gangguan pada saat menyusui akan sedikit membantu. Matikan TV, pasang perangkat mobile lalu beri anak beberapa mainan. Minimalkan percakapan dan gunakan suara rendah dan pelan. Jika sedang berada di luar rumah, carilah ruang perawatan bayi yang tenang di pusat perbelanjaan, tempat duduk di taman bermain dan sebagainya. Hal-hal ini biasanya menetap sekitar enam bulan, seiring perkembangan otak bayi yang mampu menyaring informasi yang tidak relevan.

(Baca juga : 3 Perilaku Tidur Bayi)

# 2: Bayi Memiliki Tingkat Perhatian Pendek dan Mudah Frustrasi

Jika sebelumnya ia menikmati waktu bermain, kini hal ini telah memudar. Bayi menjadi frustrasi saat ia tidak berhasil dan bosan saat melakukan sesuatu. Beberapa bayi ingin berdiri tegak sepanjang waktu, dan tidak mau duduk berlama-lama di lantai. Adapula posisi lain seperti tengkurap, telentang atau berguling dan berakhir di posisi yang salah.

Pilihan gerakan sangat terbatas pada usia ini, seolah-olah ia tahu bahwa ia akan belajar duduk, merangkak dan berdiri. Memahami frustrasinya dan membantunya melewati tahap ini adalah penting. Cobalah untuk menawarkan sesuatu yang baru untuk dilakukan atau sering dilihat sepanjang hari. Ibu dapat mengatur lokasi bermain yang berbeda di sekitar rumah, dan dudukkan bayi di pangkuan Ibu sambil mendengar sebuah cerita.

Tapi jangan berharap bayi bisa tetap terhibur lebih lama dari sepuluh menit! Ibu mungkin perlu melakukan hal-hal lain, masukkan bayi ke dalam gendongan sambil berkeliling rumah atau kebun, pemandangan yang terus berubah akan menghiburnya, dan Ibu bisa mengobrol dengannya tentang apa yang Ibu lakukan seharian.

(Baca juga : Yuk Bantu Perkembangan Emosi Bayi)

# 3: Bayi Terlihat Lapar, Sehingga Minum Susu Lebih Banyak

Saat perkembangan otak bayi berlangsung, mungkin terlihat adanya perubahan pada kebiasaan makan. ASI merupakan bantuan penting bagi perkembangan otak. Satu studi tahun 2013 menunjukkan bahwa menyusui mampu menghasilkan perkembangan otak yang lebih baik daripada kombinasi antara pemberian ASI dan susu formula, yang menghasilkan perkembangan lebih baik daripada susu formula saja.

Sering kali permintaan menyusui lebih pendek dan kenaikan pakan di saat malam jadi lebih sering, sehingga menyebabkan Ibu menyusui khawatir akan produksi susunya. Sangat penting untuk diingat bahwa perubahan ini normal dan tidak berarti Ibu harus mengakhiri untuk menyusui, walaupun tidak memiliki cukup pasokan susu.

Menyusui lebih dari sekadar sumber makanan. Perkembangan otak yang cepat berarti bayi membutuhkan lebih banyak ASI ataupun nutrisi tambahan lainnya. Dengan terus menyusui sebagai respons terhadap isyarat lapar bayi, Ibu dapat memproduksi susu yang akan menyesuaikan diri untuk memenuhi kebutuhan bayi yang terus berubah.

(Baca juga : Anak Prematur Berisiko Alami Masalah Perilaku ini)

# 4: Bayi Menunjukkan Minat Saat Ibu sedang Makan

Banyak orangtua melihat adanya perubahan ini pada usia bayi yang keempat bulan sebagai indikator bahwa bayi membutuhkan makanan padat. Satu penelitian menemukan bahwa banyak orangtua mengandalkan dua sinyal utama dari bayi dalam menentukan apakah ia siap untuk makanan padat.

Sinyal utama yaitu pada minat yang kuat terhadap makanan, misalnya saat ia mengamati dengan seksama saat orang lain makan atau meraih makanan dari piring orang dewasa. Sinyal kedua yaitu pola tidur terganggu di malam hari. Namun, tidak ada satu pun perilaku perkembangan khas ini yang dikaitkan dengan bayi yang siap untuk memulai makanan padat. Usia yang disarankan untuk mengenalkan padatan sekitar enam bulan.

Indikasi siap untuk mengenalkan makanan padat adalah: bayi yang sudah mampu duduk tegak dan memiliki kontrol kepala dan tubuh yang baik serta mampu meraih makanan dan membawanya ke dalam mulutnya. Seiring waktu untuk mengenalkan makanan lain, Ibu akan melihatnya belajar keterampilan makan dan cara mencerna makanan dengan baik.

(Baca juga : Trik Menangani Perilaku Aktif Balita)

Ibu akan memperhatikan adanya peningkatan produksi air liur sehingga meningkatkan pergerakan tangan ke mulut. Sejak ia mendapatkan koordinasi, bayi membutuhkan kesadaran dan ketertarikan saat orang lain makan, saat ia belajar melalui pengamatan, sistem pencernaannya masih belum siap untuk mengolah makanan, walaupun ia mungkin ia sudah mampu menelan makanan-makanan lembut. Tetapi, bayi dikatakan lebih sehat jika kita menunggu sampai ia siap untuk makan.

# 5: Bayi Lebih Sering Bangun di Malam Hari

Sangat wajar bila bayi terbangun untuk menyusui pada malam hari. Penelitian telah menemukan bahwa waktu tidur bayi yakni sekitar 5 jam. Saat perkembangan terjadi, bangun tidur di malam hari akan meningkat. Bayi tidak hanya bangun untuk makan, tapi saat ia mencoba tidur nyenyak, dan otaknya yang sibuk memproses makan pada hari itu.

Setelah bangun, bayi butuh bantuan Ibu untuk bisa kembali tidur dengan cara tercepat, yaitu memberinya ASI. Tahap perkembangan bayi memang menyebabkan gangguan tidur, dan terus dilakukannya di luar masa kanak-kanak. Pelatihan tidur yang tidak sesuai di bawah usia 6-12 bulan, serta mengabaikan meningkatnya kebutuhan makan malam anak dapat menyebabkan berkurangnya produksi susu dan kenaikan berat badan bayi yang buruk.

(Baca juga : 5 Masalah Perilaku Anak Balita yang Umum Terjadi)

# 6: Bayi Menunjukkan Pertumbuhan Grafik

Perkembangan otak dan sistem saraf pusat tidak diukur pada grafik. Bila pertumbuhan bayi melambat, jangan berasumsi ada masalah dengan ASI. Perkembangan otak, mobilitas baru dan aktivitas yang meningkat berarti energi sedang digunakan di tempat lain, dan tidak disimpan sebagai lemak.

Berat dan panjang bayi hanyalah bagian dari informasi yang digunakan untuk menilai pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan terjadi sangat cepat dan berat badan bisa meningkat dalam jangka waktu satu minggu, dengan panjang yang akan menyesuaikan nantinya.

Setelah pertumbuhan pesat dalam tiga bulan pertama pada berat dan panjang bayi, otak dan sistem sarafnya juga turut berkembang pula. Bila ragu, berikan lebih banyak kesempatan anak untuk diberi makan, cek popok basah dan kotor serta pertimbangkan cara untuk meningkatkan asupan ASI, sebelum menambahkan susu formula atau padatan awal.