5 Mitos Tentang Bayi yang Lahir dengan Bobot Tubuh Berlebih

By Ida Rosdalina, Sabtu, 27 Mei 2017 | 09:00 WIB
5 Mitos Tentang Bayi yang Lahir dengan Bobot Tubuh Berlebih (Ida Rosdalina)

Namun, Ibu yang mengobati diabetes gestasional dapat mengurangi risiko memiliki bayi besar kurang lebih 50%. Mungkin risiko yang lebih besar berasal dari diabetes gestasional yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati. Ibu yang didiagnosis dengan diabetes gestasional memiliki kemampuan untuk mengontrol makanannya, tetap aktif dan berolahraga, dan memantau gula darah.  

Sebaliknya, jika seorang ibu tidak memperhatikan gula dan tidak mengikuti diet ramah diabetes, ia berisiko lebih besar melahirkan bayi besar. Beberapa penelitian bahkan mengindikasikan 20% peningkatan risiko memiliki bayi yang besar. Untuk alasan ini, olahraga teratur dan makanan sehat sangat ideal untuk semua ibu hamil.

Bagi ibu dengan diabetes tipe I atau tipe II berisiko melahirkan bayi besar lebih tinggi. Untuk itu, ibu dengan tipe I atau tipe II perlu memantau kehamilan, gula darah dan pertumbuhan bayi.

# 3: Indeks massa tubuh yang tinggi sama dengan bayi dilahirkan besar.

Kelebihan berat badan atau obesitas berkaitan dengan risiko memiliki bayi yang besar lebih tinggi. Namun, itu adalah faktor risiko dan bukan jaminan. Ibu dengan indeks massa tubuh (BMI) tinggi cenderung memiliki diabetes gestasional, oleh karena itu ada peningkatan risiko melahirkan bayi besar.

BMI yang tinggi mungkin akan membuat Ibu berisiko mengalami komplikasi kehamilan, seperti diabetes gestasional, bayi besar dan hipertensi kehamilan, namun kondisi berisiko tidak selalu sama. Mayoritas perempuan, berapapun BMI, memiliki bayi dengan berat kurang dari 4 kg.

Ibu hamil sebaiknya makan makanan utuh dan menjaga tingkat aktivitas sehat, seperti diet dan olahraga mampu mengurangi risiko diabetes gestasional dan memiliki bayi yang besar.

# 4: Bayi besar berarti kelahiran akan berisiko tinggi.

Banyak bayi besar lahir tanpa komplikasi. Beberapa kelahiran berisiko tinggi melibatkan bayi yang lebih kecil dari rata-rata. Banyak ibu khawatir dengan cephalopelvic disproportion (CPD), ketika kepala bayi terlalu besar untuk melewati panggul ibu.

(Baca juga : Semakin Besar Ukuran Bayi Semakin Sehat)

CPD, kasus yang sebenarnya sangat jarang terjadi dan sering dikaitkan dengan kelainan panggul (akibat anomali kongenital atau patah tulang panggul). Bayi besar tidak sama dengan kepala besar atau terlalu besar untuk melewati panggul ibu.

Komplikasi yang sangat serius, dan tingkat distosia meningkat saat bayi bertambah besar, namun ini tetap saja bukan jaminan Ibu akan melahirkan bayi yang besar. Dalam banyak kasus, tenaga ahli dapat mengatasi distosia bahu tanpa insiden. Memiliki bayi yang besar dapat meningkatkan risiko distosia bahu dan CPD, kerusakan robek dan dasar panggul, dan kegagalan diagnosis (FTP).

Namun, ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko serta menghindari induksi dan kelahiran yang tidak perlu, tetap tegak dan bergerak selama persalinan dan kelahiran dapat mengurangi risiko komplikasi. Penting juga untuk dicatat bahwa hampir tidak mungkin untuk mendiagnosis CPD atau memprediksi risiko distosia bahu sebelum lahir.

(Baca juga : Bayi Besar Berisiko Mengalami Banyak Gangguan Kesehatan)

# 5: Induksi terjadwal dan bedah caesar selalu diindikasikan dengan bayi besar.

Tidak jarang dalam kasus kehamilan dan kelahiran, induksi terjadwal karena adanya perkiraan bayi besar. Masalahnya, tidak ada cara untuk mendiagnosa bayi makrosomik secara akurat sebelum melahirkan. Sementara beberapa penyedia layanan merekomendasikan kelahiran yang dijadwalkan, namun tidak ada cukup bukti untuk mendukung hal ini sebagai penanganan rutin untuk bayi yang dicurigai besar.

Banyak ibu melahirkan secara vaginal untuk bayi besar tanpa trauma atau komplikasi. Tetapi, bedah caesar dan induksi juga memiliki risiko. Dengan itu, tidak mungkin bisa secara akurat mendiagnosis bayi makrosom di dalam rahim. Penting untuk menimbang manfaat dan risiko persalinan spontan vs kelahiran terjadwal.