6 Cara Memotivasi Anak

By Ida Rosdalina, Kamis, 1 Juni 2017 | 09:15 WIB
6 Cara Memotivasi Anak (Ida Rosdalina)

Nakita.id - Ada banyak cara yang dapat orang tua lakukan demi memotivasi anak-anaknya. Walaupun batita terkadang sering menentang segala perkataan atau keinginan orang tuanya, anak juga dapat menurut jika orang tua memperlakukannya dengan tepat. Menurut para ahli, ada 6 cara yang dapat mendorong anak-anak untuk memperbaiki tingkah lakunya selama ini.

# 1 Pertimbangkan kembali pemberian penghargaan atau hadiah

Anak-anak pintar bisa bekerja dengan efektif jika orang tua menerapkan sistem penghargaan apa pun. Terlebih lagi, penelitian menunjukkan bahwa efek positif dari penghargaan tidak hanya berlangsung dalam jangka waktu pendek.

(Baca juga : Terapi Perilaku yang Mendukung Anak-anak ADHD di Jepang)

Memberikan hadiah kepada anak-anak terkadang berguna. "Memang benar bahwa penghargaan akan memotivasi orang untuk melakukan aktivitas," kata Edward Deci, Ph.D., profesor psikologi di University of Rochester. Tapi perilaku yang ditunjukkan anak akan tergantung pada penghargaan dan akan berhenti saat penghargaan juga berhenti diberikan.

Periset di Stanford University menemukan bahwa ketika anak-anak yang senang menggambar dengan spidol dibayar untuk melakukannya, maka mereka akan berhenti menggunakannya saat mereka tidak lagi dibayar. Dengan kata lain, pemberian imbalan dapat memadamkan gairah anak-anak.

Memberikan penghargaan dalam jangka pendek tidak berbahaya bagi anak. Penghargaan eksternal tidak akan membangun karakter anak. Dukung ia untuk melakukan hal-hal yang membuatnya merasa nyaman, seperti kepuasan dalam keterampilan yang baru dipelajari atau pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Tidak hanya sukses dalam jangka panjang, anak juga senang menjalaninya dan semakin memotivasi si kecil.

(Baca juga : 5 Kebiasaan Buruk Anak-anak yang Bisa Berubah Jadi Baik)

# 2 Lakukan percakapan yang berarti

Percakapan yang dilakukan orang tua secara personal dengan anak sangat penting untuk memanfaatkan motivasi intrinsik anak. Anak-anak secara alami akan penasaran, dan mengundangnya untuk lebih memahami sesuatu hal yang menarik bagi intelektualitas si buah hati.

Jika anak menolak tugas yang diberikan orangtua sejak awal, Edward menyarankan pada orangtua untuk mulai dengan melihatnya dari sudut pandang anak. Kemudian, bicarakan pentingnya aktivitas dengan cara yang baik. Jika anak tidak ingin membersihkan kamarnya karena ia lelah, maka berikan ia waktu istirahat terlebih dulu. Jangan terlalu memaksakan anak melakukan hal yang tidak ia inginkan.

Minta anak untuk tahu bagaimana rasanya melakukan tugas tertentu, sehingga dapat memberikan kontribusi pada suasana bahagia yang membuat anak ingin bekerja sama. Strategi lain yang efektif untuk membuat anak-anak mengubah kebiasaan buruk ialah dengan menunjukkan empati dengan menanyakan bagaimana orangtua dapat membantunya.

Memberi umpan balik kepada anak-anak selama percakapan tentang cara mereka menangani tanggung jawab juga dapat memotivasi. Jangan menjanjikan anak jalan-jalan ke taman sebagai hadiah untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Sebaiknya, saat akan menuju ke taman, tunjukkan bahwa konsekuensi yang bisa ia dapatkan dari mengerjakan pekerjaan rumahnya yang dilakukan lebih awal memungkinkan waktu bersenang-senang lebih banyak nantinya.

# 3 Rangkul ketidaksempurnaan anak

Puji setiap usaha yang telah anak tunjukkan, meskipun hasil yang ada tidak begitu sempurna di mata orang tua. Ini akan membuatnya lebih termotivasi. Dan jika ada pekerjaan tertentu yang disukai anak-anak, pastikan ia mendapatkan pekerjaan itu.

(Baca juga : Kiat Mudah Mendukung Kebiasaan Membaca Anak)

Sedangkan untuk pekerjaan yang tidak disukai anak-anak, buatlah sedikit kreativitas yang bisa membuat anak-anak lebih tertarik melakukannya. Gunakan boneka untuk meminta anak membersihkan sepatu, atau hal lainnya. Atau tawarkan pilihan jika memungkinkan yang menjadikan ini sebagai komponen penting untuk memasuki motivasi internal anak. Usaha keras untuk mengendalikan anak terkadang menyebabkan perebutan kekuasaan yang tidak perlu.

# 4 Pertimbangkan kemampuan anak

Penghargaan dan hukuman tidak relevan jika anak-anak tidak dapat melakukan apa yang kita ingin dia lakukan. Lebih baik, pikirkan tentang saat-saat anak Anda belajar menulis namanya, atau memainkan sebuah lagu di piano, dan bagaimana senangnya dia pada dirinya sendiri dan bagaimaan Anda nyaris tidak dapat memisahkan dia dari kegiatan barunya itu. "Perasaan menguasai sesuatu sangat memotivasi,” kata Dr. Kennedy-Moore. Jadi, ajaklah ia bicara tentang apa yang mungkin menghalangi langkahnya. Jika Anda butuh jawaban lebih tentang hal ini, tanyakan kepada guru, dokter anak atau penasihat. 

# 5 Sampaikan apresiasi kepada anak

Pastikan untuk memberi tahu anak seberapa besar Ibu menghargai usahanya dan jangan lupa menambahkan betapa menyenangkannya dapat melakukan hal ini bersamanya tanpa perlu merasa terburu-buru dan sebagainya.

"Anak-anak ingin menyenangkan orangtua mereka," kata Dr. Kennedy-Moore. "Hubungan itu sangat memotivasi." Pujilah anak-anak saat Ibu menyadarinya, tapi hati-hati dengan bagaimana cara Ibu memuji; Fokus pada usaha dan perkembangan lebih dari sekadar hasil.

(Baca juga : 7 Kiat Sederhana Membentuk Kreativitas Anak di Rumah)

# 6 Berikan contoh baik

Jika orang tua ingin anak-anak berhenti berkelahi dengan saudara kandungnya, daripada menawarkan permen atau hadiah lainnya untuk "bersikap baik," cobalah memberi contoh langsung. Selesaikan konflik Ibu dan pasangan dengan cara yang penuh kasih dan mengagumkan. Untuk membantu anak dapat mengingat perilaku orang tua, pastikan Ibu selalu mengucapkan "tolong" dan "terima kasih" kepada anak. Dan saat Ibu sedang menelepon dan anak ingin mendapat perhatian Ibu, jangan katakan kepadanya "sebentar lagi, nak" jika pada kenyataannya akan lebih seperti 20 menit. Jadi pada intinya, perilaku anak akan mengikuti perilaku yang dicontohkan kedua orang tuanya.