Nakita.id - Sebuah studi dari University of Murcia di Spanyol pada 2013 menemukan bahwa jumlah total sperma menurun sebanyak 38% dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2001-2011). Karenanya, banyak pria yang melakukan pelbagai cara untuk menjaga kualitas sperma mereka. Hingga tak jarang mereka mempercayai mitos-mitos yang ada.
Mungkin Ibu sudah banyak mendengar pelbagai rumor dan mitos seputar infertilitas pada pria, mulai dari bahaya mengendarai sepeda, menggunakan ponsel dan laptop, sampai penggunaan celana dalam yang terlalu ketat. Namun, ada hal lain seputar kesuburan pria yang perlu Ibu tahu. Ini contohnya:
Usia tak selalu memengaruhi kesuburan pria April lalu, rocker Ahmad Albar baru saja dikaruniai bayi perempuan, buah cintanya dengan Dewi Sri Astuti. Padahal, usia Albar sudah 70 tahun. Hanya beberapa bulan sebelumnya, vokalis Rolling Stones Mick Jagger juga baru dikaruniai bayi laki-laki dari pasangannya, Melanie Hamrick. Usia Jagger 73 tahun. Hebat, bukan?
Sementara perempuan terus-menerus diperingatkan tentang sulitnya hamil saat mereka semakin tua, sebaliknya pria masih bisa membuahi meski umurnya sudah memasuki usia senior. Meski produksi sperma akan menurun saat memasuki usia 40 ke atas, tapi tidak seperti perempuan yang mengalami menopause, (jika tubuh sehat) kesuburan pria tetap tidak akan terganggu.
Stres sangat menentukan kesuburan Ibu mungkin sudah tahu bahwa gaya hidup berpengaruh besar pada kesuburan. Tapi yang belum tentu Ibu sadari, seberapa besar dampak stres dalam menyebabkan masalah kesuburan pada pria dan perempuan.
Pada pria, stres bisa memicu impotensi dan disfungsi ereksi, yang keduanya dapat mengakibatkan ketidaksuburan (infertilitas). Kadar stres yang tinggi dalam jangka panjang cenderung membuat air mani pria memiliki konsentrasi sperma yang sedikit. Ujung-ujungnya, tingkat infertilitas pun akan meningkat.
Memang kita tidak mungkin bisa menghindari stres, tapi kita dapat mencegah atau setidaknya menekan kadar stres itu sendiri. Sebagai pasangan suami-istri, Ibu harus bisa saling bekerja sama dalam mencari jalan keluar untuk mengelola stres yang Ibu berdua hadapi. Contohnya, melakukan aktivitas pelepas stres berdua saja, seperti berjalan kaki, jalan-jalan, meditasi, atau sekadar tertawa bersama.
Jaga kesuburan dengan memantau lingkar pinggang Gaya hidup yang tidak sehat, seringnya mengonsumsi makanan berkalori tinggi, dan kurang melakukan aktivitas tubuh merupakan faktor-faktor penyebab meningkatnya penderita obesitas di perkotaan. Selain tidak baik bagi kesehatan secara keseluruhan, secara khusus memiliki bobot tubuh berlebih dapat menurunkan tingkat kesuburan pada pria.
Semakin gemuk seorang pria, semakin sedikit volume sperma yang mereka keluarkan saat ejakulasi. Pria dengan berat badan normal mengeluarkan sperma dengan volume rata-rata 3,3 mililiter saat ejakulasi, sedangkan pria obesitas rata-rata hanya mengeluarkan 2,8 mililiter. Plus, kelebihan bobot juga akan memengaruhi kegesitan sperma kala masuk dan membuahi sel telur.
Karena itu, saat berencana hamil, bukan hanya Ibu yang harus menjaga pola makan dan menjauhkan diri dari stres. Ayah pun harus menerapkan gaya hidup sehat sejak jauh-jauh hari. Mengadopsi gaya hidup sehat pasti akan meningkatkan kesempatan suami istri untuk mendapatkan kehamilan.
(Astrid Anastasia)