Tabloid-Nakita.com – Terlalu lama bekerja membuat pria hanya memiliki sedikit waktu di rumah‚ menderita kelelahan‚ dan menunda pernikahan untuk membangun keluarga.
• Kelelahan yang menumpuk dapat mengganggu kesuburan
Keseimbangan antara karir dan kehidupan pribadi yang dicari banyak pasangan bisa tak tercapai jika mereka menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bekerja. Beberapa pasangan menghabiskan lebih dari 16 jam sehari untuk perjalanan dari rumah‚ bekerja di kantor‚ dan perjalanan pulang. Akibatnya‚ delapan jam selebihnya hanya akan digunakan untuk beristirahat‚ bersantai‚ dan tidur―menyisakan sangat sedikit waktu untuk berhubungan intim, sehingga kehamilan pada pasangannya akan tertunda.
• Karir dulu‚ nikah dan punya anak belakangan
Efek negatif lain dari jam kerja yang panjang serta upaya untuk terus mengembangkan karier adalah pernikahan yang tertunda. Beberapa dekade lalu sebagian besar pasangan menikah di usia muda. Para istri tinggal di rumah dan mengurusi anak sementara para suami bekerja. Peran dengan batasan yang jelas itu kini telah berubah. Dewasa ini banyak CEO wanita dan pria yang memilih untuk menunggu sampai mereka berumur 35 tahun untuk menikah. Karier dan jam kerja yang panjang lebih diutamakan daripada menikah dan memiliki anak.
• Jam kerja yang panjang dan gangguan jantung
Bukti lebih lanjut bahwa jam kerja yang panjang dapat menurunkan kesuburan pria terkuak pada penelitian tahun 2012 oleh para peneliti di Finlandia. Studi itu menemukan hubungan antara jam kerja yang panjang dan penyakit jantung koroner. Penyakit jantung merupakan tersangka penyebab disfungsi ereksi atau impotensi dengan disfungsi ereksi sebagai salah satu gejala awal yang bisa terdeteksi dari penyakit jantung.
Jam kerja panjang menurunkan kesuburan pria baik secara langsung maupun tidak. Karena itu penting bagi para pria untuk mengambil waktu liburan‚ bekerja dalam jam kerja yang normal‚ dan terus mengusahakan tercapainya keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi demi menjaga kesehatan secara umum dan tentunya kesehatan reproduksi.
Penulis | : | Santi Hartono |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR