Aktivitas Stimulasi Otak Kanan dan Kiri Anak Usia 1-3 Tahun

By Fadhila Auliya Widiaputri, Senin, 26 Maret 2018 | 15:24 WIB
Berikan strimulasi yang tepat untuk otak anak (Pexels/Lukas)

Nakita.id – Selain pemenuhan gizi, keberhasilan fungsi otak anak akan bergantung pada kemampuan bekerja seimbang antara otak belahan kiri dan otak belahan kanan.

Kedua belahan otak ini dapat saling bekerja sama, berkonsultasi, dan berkomunikasi sehingga terciptalah apa yang disebut the whole brain thinking.

Untuk itu, diperlukan stimulai yang tepat sesuai dengan perkembangan usia anak.

BACA JUGA: Rutin Bermain dengan Anak Setiap Hari, Ini Manfaat yang Akan Didapat

Namun ingat ya Moms, stimulasi yang dimaksud bukan terletak pada jenis aktivitasnya.

Melainkan dari bagaimana cara memainkan atau melakukan aktivitas tersebut sehingga dapat merangsang kedua belahan otak anak.

Nah sebelum memberi stimulasi, Moms tentu perlu memahami masing-masing fungsi dari kedua belahan otak anak.

Otak belahan kiri dominan pada hal-hal yang berbau akademis, seperti menulis, membaca, berhitung, dan menghafal.

Jadi, pada belahan otak ini melibatkan unsur-unsur seperti menganalisis, merinci, menghafal, fokus atensi, berpikir logis secara urut, penalaran, serta mengingat dan menghitung.

Hal ini berbeda dengan otak belahan kanan.

BACA JUGA: Duh, Ahli Gizi Ini Beberkan Bahaya Mengonsumsi Makanan Instan

Dimana otak belahan kanan lebih pada keluwesan dalam bersosialisasi, seperti sopan santun dan menghargai.

Selain itu, pada belahan otak ini pula terdapat unsur seni, kreativitas, spontanitas, imajinatif, serta berpikir dengan ruang dan waktu.

Intinya pada otak belahan kanan bersifat sosial kreatif praktis.

BACA JUGA: Pola Asuh Ini Dapat Buat Anak Terampil dan Kreatif di Masa Depan

Adapun tugas terpenting dalam menstimulasi otak belahan kiri dan kanan anak berusia 1-3 tahun ialah dengan mengembangkan kemampuan motorik kasar dan halus, bahasa, dan sosialisasinya.

Berikut ini beberapa hal  yang dapat Moms lakukan sebagaimana dikutip dari Serial Buku Nakita: The Golden Years.

- Ketika anak belajar bicara, jangan sekadar mengajarkan pengucapan kata demi kata atau merangkai kalimat.

Namun ajari anak untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiran maupun perasaannya lewat kata-kata, apakah sedih, takut, marah, dan lain sebagainya.

Misalnya, ‘Oh, Adek senang ya dengan mainan balok yang Mama belikan’.

BACA JUGA: Moms dan Dads Memiliki Peran Tersendiri Dalam Kecerdasan Anak, Begini Penjelasannya

- Saat mengajarkan ‘berhitung’, anak perlu dikenalkan pada jumlah dua apel.

Agar tak berhenti pada stimulasi otak kiri, maka Moms bisa mengajukan pertanyaan untuk merangsang kreativitas dari otak kanannya.

Misalnya, ‘Dua apel ini bisa diapakan saya ya? Mungkin bisa kita kupas kulitnya atau sebaiknya dipotong-potong ya?’.

- Lewat aktivitas mendongeng atau membacakan cerita anak tidak hanya dirangsang berpikir logis sesuai urutan cerita, tetapi juga merangsang untuk mampu memahami perasaan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita.

Untuk mengasah kemampuan kebahasaan anak, dongeng pun bisa dimanfaatkan dengan meminta anak menceritakannya kembali.

BACA JUGA: Agar Anak Mandiri dan Percaya Diri, Orangtua Perlu Lakukan 8 Hal Ini

- Saat melakukan aktivitas fisik, seperti memanjat yang menjadi kegemaran anak usia ini sebaiknya anak tidak hanya memanjat saja.

Namun Moms bisa pula membuat anak untuk mengaktifkan otak kanannya.

Misalnya, ‘Wah, Adek jadi tinggi ya karena berdiri di atas tempat tidur kakak? Sekarang Adek lihat Mama dari atas ya?’.

- Saat anak bermain petak umpet dan berhitung sembari menutup mata, anak tidak hanya mengaktifkan otak kirinya.

Namun juga otak kanannya karena ketika ia mencari temannya yang bersembunyi ada perasaan kecemasan dan sebagainya.

BACA JUGA: Ini yang Terjadi saat Ibu Hamil Konsumsi Bawang Putih, Khasiatnya Ajaib!