Di sinilah hal-hal yang menjadi suram bagi seseorang yang berjuang melawan penyakit mental.
Sangat mudah untuk menyamarkan keburukan seseorang hanya melalui tampilan indah pada profil media sosial.
"Sangat sulit untuk mengetahui apakah orang lain di media sosial memiliki sifat baik, tidak senang, atau tertekan," ujar Marc Hester, salah seorang konsultan psikolog klinis di The Summit Clinic, London.
BACA JUGA:Unggah Foto Kenakan Hijab ini, Warganet Puji Kecantikan Titi Kamal
Salah satu alasannya ialah media sosial menghalangi seseorang untuk menemukan bantuan medis jika ia mengidap penyakit mental berkepanjangan.
Seseorang akan terlihat senantiasa tersenyum melalui akunnya, padahal bisa saja hatinya sedang bersedih.
Selain itu, mem-posting atau mengunggah hal-hal yang menyenangkan mungkin saja dapat membuat pengguna lain merasa iri atau kesepian.
Lagi-lagi, ini berpotensi dapat merusak seseorang yang tengah berjuang melawan kecemasan, depresi, dan rasa terisolasi.
Para ahli pun menyarankan kepada para pengguna media sosial untuk mampu menyeimbangkan antara aktivitas online dengan offline.
BACA JUGA: Menakjubkan, Ini yang Terjadi Jika Wortel Digunakan untuk Masker
Jika Moms merasa terlalu banyak menghabiskan waktu untuk media sosial, maka beristirahatlah sejenak.
Sisihkan waktu untuk melakukan aktivitas yang lain seperti membaca buku, atau latihan fisik.