Tanpa Disadari, Ini Perbuatan "Sepele" Ibu Yang Bisa Membahayakan Anak

By Soesanti Harini Hartono, Selasa, 11 Juli 2017 | 05:30 WIB
Melarutkan susu formula hanya dari air hangat dispenser bisa tidak baik bagi kesehatan anak karena yang dibutuhkan adalah air mendidih yang dihangatkan dulu. (Santi Hartono)

Tak jarang Ibu melarutkan sufor menggunakan air hangat dari dispenser. Dengan asumsi, air hangat sudah cukup untuk melarutkan susu secara merata, maka tidak usah sampai mendidih.

 Sebenarnya, membuat sufor yang benar adalah dengan menyediakan air panas yang sampai mendidih, lalu diamkan beberapa saat sekitar15—20 menit sampai suhu turun namun masih di atas 700C. Setelah itu, masukkan air panas tersebut ke dalam botol susu, lalu masukkan bubuk sufor sesuai takaran, dan aduk/kocok perlahan sampai merata.

Mengapa air dari dispenser menjadi masalah? Air panas yang dihasilkan dari dispenser sering kali tidak mencapai suhu di atas 700C. Padahal, bubuk sufor sesungguhnya tidaklah steril. Bila dilarutkan dengan  air bersuhu di bawah 700C, maka masih ada kemungkinan terdapat bakteri dalam bubuk sufor yang tidak mati.

-  Memberikan madu bagi bayi di bawah 1 tahun.

Madu memang diketahui memiliki berbagai khasiat bagi kesehatan. Karenanya, tak jarang ada orangtua yang memberikan madu pada bayinya dengan maksud agar semakin sehat.

 Namun, sesungguhnya pemberian madu bagi bayi berusia di bawah 1 tahun tidak dianjurkan. Ini karena memiliki risiko masuknya spora dari kuman Clostridium botulinum dan dapat berakibat gangguan saraf yang berat. Pasalnya, pada usia di bawah 1 tahun, saluran cerna belum sempurna sehingga tidak dapat “menahan”dampak dari spora ini.

Sakit flu namun tetap mencium-cium anak.

Sakit flu bisa saja mengenai siapa saja. Masalahnya, bila Ibu atau Papa yang terkena, kadang dapat menjadi sumber penularan pada bayi/anak. Bagi sebagian besar orang dewasa, sakit flu ringan—dengan gejala batuk pilek—sering kali tidak memberikan dampak berarti bagi aktivitas sehari-hari.  Di sisi lain, orangtua tentu ingin sekali selalu berdekatan dan menciumi anaknya yang lucu dan menggemaskan.

Bila kebiasaan menciumi anak ini tidak dibatasi ketika sedang flu, tak jarang menyebabkan anak yang masih kecil tertular. Jangan lupa, penularan penyakit flu adalah melalui percikan ludah/bersin yang terhirup oleh orang lain. Salah satu cara mengatasinya sebenarnya tidak sulit, yaitu selama sakit dan berdekatan dengan anak, selalu menggunakan masker untuk menutup mulut dan hidung, agar tidak menjadi sumber penularan bagi  si kecil.

 Orangtua perokok menggendong dan cium si kecil.

Tidak sedikit papa yang merokok.  Nah, masalahnya, biasanya para papa ini setelah pulang bekerja dan masih bau rokok, ketika tiba di rumah ingin segera mencium sang buah hati yang lagi lucu-lucunya. Alhasil, udara napas yang dikeluarkan masih mengandung zat dari asap rokok.

 Tak jarang mereka berkelit, “Kan merokoknya di luar dan tidak di depan anak.” Masalahnya, meskipun tidak ada asap yang terlihat, kalau masih tercium bau rokok dari napas atau dari pakaian, sudah cukup lo membuat bayi/anak mengalami reaksi hipersensitif terhadap bau tersebut. Buntutnya, tak jarang didapatkan kasus anak sering batuk-batuk ketika berdekatan dengan papanya yang perokok.

-  Malas cuci tangan sebelum menyiapkan dan memberikan makan.

Menyiapkan makanan bagi anak tentu merepotkan bagi siapa pun. Sayangnya, karena saking repotnya, tak jarang para Ibu lupa atau malah malas mencuci tangan hingga bersih dahulu sebelum memberikan makan pada anaknya. Tak jarang karena mau cepat, tangan hanya di lap saja, tanpa cuci tangan dengan bersih.

Masalahnya, memberikan makan pada anak, sering kali tangan Ibu ikut memegang makanan atau alat makannya. Jadi, bila tangan tidak bersih, kuman yang terikut dapat pula berpindah ke sang bayi dan menjadikannya sakit. (*)