Tahukah Ibu : Pelaku Bullying Biasanya Punya Orangtua yang Kasar

By Saeful Imam, Kamis, 20 Juli 2017 | 06:15 WIB
Penyebab Anak Jadi Pelaku Bullying (Saeful Imam)

Lalu adapula anak yang memiliki perilaku lebih agresif, mendominasi dan impulsif secara alami. Jadi, setiap kali ia menghadapi masalah atau merasa tidak aman, anak akan melakukan hal itu terhadap orang lain atau melempar dan menghancurkan sesuatu agar merasa lebih baik dan lebih kuat.

Perilaku menindas menggambarkan seorang anak yang belum belajar mengendalikan agresinya. Sehingga, anak-anak ini membutuhkan konseling profesional untuk mendapatkan akar masalah dan belajar cara sehat untuk berinteraksi dengan orang lain.

Untuk mencegah tindakan bully pada kalangan anak-anak, menurut Mary. C Lamia, Ph.D., seorang psikolog klinis dan psikoanalis yang telah menghabiskan 35 tahun mengajar orang dewasa, remaja, dan praremaja tentang menangani perilaku dan emosi, “Jika Anda mengerti bahwa pembully tersebut merasakan rasa malu dan negatif yang mereka hadapi, dan mereka menggertak orang lain sebagai cara untuk menghindari emosi mereka, maka Anda akan tahu pembully tersebut tidak merasa buruk dengan tindakan mereka. Sebenarnya, mereka mungkin merasakan kepuasan karena merasakan kehebohan dan kekuatan melarikan diri dari emosi yang mengakar.

(Baca juga : Anak Adopsi di-Bully di Sekolah)

Pembully harus belajar bahwa menyakiti orang lain tidak pernah bisa diterima. Dengan menyampaikan pesan ini, kita juga akan menginformasikan anak-anak bahwa mem-bully tidak baik karena ia juga tidak akan menyukainya jika diperlakukan sama.

Konseling dapat menyebabkan anak menemukan mengapa bullying sangat menyakitkan dan bisa mengajarkan anak empati. Konseling keluarga juga bisa menjadi cara yang bagus untuk membantu mengurangi kemarahan dan memperbaiki hubungan interpersonal.

Intinya, pelaku bullying merasa tidak aman dan menggunakan perilaku kasar untuk merasa diberdayakan dan diamankan. (*)