Menginspirasi! Ibu dengan Balita Penderita ADHD Mengingatkan Orangtua Lain Tentang Pentingnya Empati

By Soesanti Harini Hartono, Selasa, 1 Agustus 2017 | 10:00 WIB
Beri kesempatan pada anak untuk menenangkan diri sebelum lingkungan bereaksi terhadap peristiwa yang terjadi. (Santi Hartono)

Nakita.id - Anak merupakan karunia terindah yang patut disyukuri setiap orangtua, baik anak yang lahir dalam keadaan sehat atau sakit.

Orangtua yang memiliki anak-anak dengan ADHD sangatlah pantas menerima empati, bukan penghakiman.

Hal ini dirasakan oleh Taylor Myers, seorang ibu yang memiliki putri dengan perilaku frustasi ADHD. Melalui unggahan dari Facebook-nya, ia menjelaskan apa yang terjadi.

Perilaku putrinya sering mendapatkan respons negatif dari orang-orang yang tidak berperasaan atau cenderung menghakimi.

Taylor menjelaskan bahwa putrinya menderita ADHD, dan sering mengamuk layaknya balita pada umumnya, namun amukannya bisa jadi lebih intens.

Gadis kecilnya itu sering terpaku pada sesuatu yang tidak membuatnya tenang. Dan terkadang ia suka pergi dan menghindar saat ia dan ibunya hendak berbelanja di toko.

Baca juga : Terapi Perilaku yang Mendukung Anak-anak ADHD di Jepang

Anaknya juga pernah mengamuk saat Taylor hendak mengantri di kasir. Karena terus merengek, akhirnya ia kesal dan memarahinya. Tidak hanya itu, orang lain yang melihat mereka juga sedikit merasa kesal dan menghakimi Taylor.

"Saya bisa saja menanggapi dengan cara yang lebih baik. Saya sudah menjelaskan kepadanya bahwa (anak) usia empat tahun saya memiliki ADHD yang cukup parah, saya membesarkan kedua anak saya sendiri, saya melakukan yang terbaik, dan tidak punya pilihan selain menunggunya untuk belanjaan,” tuturnya.

Taylor sebenarnya merasa malu dengan tingkah lakunya sendiri. Tapi di sisi lain, ia juga tahu bahwa ia tidak pantas diadili.

"Anda tidak pernah tahu apa yang sedang dialami seseorang. Anda tidak pernah tahu masalah yang dimiliki anak yang menyebabkannya berperilaku buruk dan kecuali Anda tahu perjuangan menjadi orangtua bagi anak seperti saya, Anda tidak bisa menghakimi saya," tambahnya.

Baca juga : 4 Kunci Menangani Anak Hiperaktif

Walau begitu, ada juga orang asing lain yang memberikan belas kasih dan empati yang ia butuhkan, serta berbicara baik-baik kepada anaknya, sehingga Taylor bisa membayar seluruh belanjaannya dan pulang ke rumah.

Ia menceritakan bahwa ada seorang perempuan yang berjalan ke arah mereka dan mulai berbicara dengan Sophie.

Ia mengajukan pertanyaan untuk mengalihkan perhatiannya, lalu membalikkan tubuhku saat Sophie sedang asik makan keripiknya.

Dua orang asing yang berinteraksi dengan Taylor tidak tahu bahwa putrinya menderita ADHD, tapi itu nyatanya tidak penting.

Baca juga : Anak Hiperaktif, Waspada ADHD

Setiap orangtua tahu bagaimana rasanya ketika anak sedang mengamuk saat berbelanja. Ada rasa stres dan malu lalu diperparah oleh fakta bahwa ada orang asing di sekitar yang memberikan dua reaksi: memberikan penilaian atau dengan memberikan empati.

Taylor mengalami kedua reaksi tersebut, dan mulai menuliskan pengalamannya ini melalui Facebook-nya untuk mengingatkan pada semua orang pentingnya rasa empati.

Anak ADHD mungkin sulit untuk tertawa, karena mereka kurang dapat mengatur emosinya jika dibandingkan dengan anak rata-rata seusianya. Akan sulit bagi anak penderita ADHD untuk bisa mengatasi dan menemukan cara untuk tenang.

Dilansir dari Additudemag.com, ada enam cara menenangkan anak penderita ADHD:

# 1: Sepakati sebuah "rencana"

Sebelum pergi ke toko bahan makanan atau toko permainan video, mintalah anak penderita ADHD untuk melakukan hal-hal yang dapat menenangkannya jika ia marah. Jika tidak, Ibu bisa memiliki rencana bersama yang cukup menjamin bahwa ia akan bekerja sama dengan baik.

# 2: Akui kesedihannya

Biarkan anak tahu bahwa kita mengerti apa yang sedang ia alami. Dengan suara tenang, beritahu anak, "Mama tahu kamu kecewa karena kamu tidak menemukan mainan yang diinginkan" dan seterusnya.

Kemudian tanyakan pada anak untuk menilai kekecewaan atau kemarahannya pada skala 1 sampai 10. Ini memberi kita gambaran tentang tingkat keparahan masalah, tanpa harus mengomel atau mengulangi apa yang akan dikatakan.

# 3: Setel alarm

Jelaskan padanya bahwa jam akan terus berjalan. Ibu bisa mengatakan, "Mari kita lihat seberapa cepat kamu bisa menenangkan diri" atau "Meskipun kamu sedang marah, kamu perlu mengendalikan diri, jadi kita bisa terus berbelanja."

Baca juga : 10 Cara Menangani Anak Penakut

# 4: Singkirkan emosi

Mintalah anak membayangkan sesuatu yang menarik perhatiannya. Sebagai cara alternatif, berikan anak balon dan mintalah ia untuk meledakkannya.

# 5: Memukul benda-benda

Jika anak sedang berada di rumah selama krisis emosi, mintalah anak untuk meninju bantal, guling, atau benda lembut dan aman lainnya. Ibu juga bisa melakukan pertarungan bantal, merobek koran, atau meremas bola.

# 6: Minta bantuan

Jika anak sering mengalami krisis yang tidak responsif terhadap intervensi, jangan tunggu sampai kita merasa turut kelelahan dan stres.

Kunjungi dan berkonsultasilah dengan profesional ADHD, untuk mengatasi anak penderita ADHD secara tepat! (*)