Cara Tepat Berbicara dengan Bayi Agar Cepat Bicara

By Saeful Imam, Selasa, 8 Agustus 2017 | 02:15 WIB
Kapan bayi boleh dibawa ke luar rumah? (Gisela Niken)

Nakita.id - Menghabiskan waktu seharian untuk merawat bayi merupakan kesibukan yang tidak bisa dipungkiri. Ada saat di mana orangtua baru merasa lelah dan stres akibat kurang tidur dan lain sebagainya. Meski begitu, orangtua sebaiknya tetap menjalin komunikasi dengan baik dan intens. Sebab,  semakin banyak kita berbicara dengan bayi, semakin baik kemampuan komunikasinya.

Selain itu, pastikan orangtua tahu cara tepat berkomunikasi dengan bayi. Berikut beberapa kiat yang bisa dilakukan di rumah:

1# Membaca buku

Orangtua bisa membacakan cerita dengan cara yang menarik, seperti suara keras dan tetap melakukan interaksi. Pasti ada manfaat dari nyanyian dan makna kata-kata dalam buku cerita yang membuat bayi belajar cepat memahami kata-kata baru.

(Baca juga : Perkembangan Bahasa/Bicara Bayi)

2# Nyanyikan lagu

Lagu yang bisa dinyanyikan Ayah atau Ibu tak melulu lagu anak-anak, tapi bisa juga dengan menyanyikan lagu hits artis favorit kita untuk mengurangi kebosanan.

3# Jelaskan apa yang orangtua hendak lakukan

Misalnya, Ibu dapat menjelaskan, "Ibu akan berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air." Membiasakan diri untuk menceritakan kegiatan kita di rumah kepada anak akan memberinya kesempatan untuk mengekspos bahasa si kecil. Lakukan percakapan dengan anak atau sertakan ia dalam percakapan yang Ibu alami dengan orang lain.

4# Jelaskan hal-hal di sekitar kita dengan kegembiraan

Ibu dapat mengatakan, "Wah! lihatlah bunga ungu yang indah itu!" Selama orangtua bercakap-cakap dengan bayi, yang penting untuk dilakukan ialah melakukan jeda kontak mata setelah Ibu mengatakan sesuatu untuk memberi kesempatan kepada anak untuk mengoceh.

(Baca juga : Stimulasi yang Perlu Diberikan untuk Membantu Bayi Lancar Bicara)

Beri anak kesempatan untuk "menjawab" dan mengartikulasikan kata-kata dengan jelas untuk membantunya mendengar suara berbeda yang orangtua gunakan agar bayi mampu meniru beberapa suara.

Bagaimana jika Ibu tidak pandai berkomunikasi dengan bayinya? Penting untuk mengetahui bagaimana dan mengapa kita harus berkomunikasi dengan bayi. Informasi ini berfungsi sebagai pengingat, baik betapa pentingnya peran kita dalam membantunya mengembangkan kemampuan bahasa.

Namun, masing-masing dari orangtua memiliki wilayah kekuatan yang berbeda. Beberapa dari kita senang berbicara terus-menerus kepada siapa saja yang mau mendengarkan, bahkan si buah hati.

(Baca juga : 4 Cara Mudah Ngobrol dengan Bayi)

Beberapa dari kita tidak suka berbicara sebanyak itu dan merasa butuh sedikit energi untuk terus mengobrol. Jika naluri komunikasi tidak muncul secara alami, jangan cepat stres.

Mulailah dengan membacakan buku cerita untuk bayi. Hal ini tentu saja lebih memudahkan bayi untuk memulai percakapan acak dengan seseorang.

Begitu kita merasa sedikit nyaman membaca, tambahkan pula cerita kehidupan kita. Semakin sering Ibu terbiasa berbicara dengan si kecil, semakin mudah mengobrol dengannya. Beberapa bayi mungkin lebih rewel lalu menangis.

Namun, ketika ia belajar cara orang  lain merespons ocehannya, banyak bayi akan bersuara dan kemudian meningkat menjadi suara celoteh yang terdengar lebih mendesak sebelum langsung menangis.

(Baca juga : Cara Mendeteksi Kata Pertama Bayi)

Setiap anak itu unik dan penting untuk tidak membanding-bandingkan langsung antara bayi kita dan bayi teman atau anggota keluarga lain. Menurut penelitian, bayi mampu mengelola kemampuan berbahasa lebih tinggi pada usia 15 bulan.

Tentu, ada banyak faktor yang ikut berperan dalam menentukan kecerdasan seseorang. Studi seperti ini dimaksudkan untuk membantu para profesional, pendidik dan orangtua untuk membuat pilihan pengasuhan yang sesuai. Melakukan percakapan dengan bayi secara teratur membuat keterampilan bicara dan penggunaan bahasanya berkembang lebih cepat.

Tahun pertama kehidupan memiliki dampak besar pada kehidupan anak secara keseluruhan. Pertumbuhan dan perkembangan otak yang signifikan terjadi di tahun pertama, serta 3-5 tahun pertama. Aktivitas dan interaksi anak di awal tahun dengan orangtuanya dapat mempengaruhi pembelajaran, hubungan, keterampilan sosial, dan kesehatan masa depan.