Suka Cemas Berlebihan, Bisa Jadi Si Kecil Punya Gangguan Kecemasan

By Dini Felicitas, Selasa, 15 Agustus 2017 | 08:00 WIB
Satu dari delapan anak mengalami gangguan kecemasan. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Rasa cemas adalah hal yang wajar dan bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Tetapi jika mereka terus-menerus merasa cemas, bahkan untuk hal-hal sepele yang tidak seharusnya dicemaskan, mungkin saja mereka memiliki gangguan kecemasan.

Menurut Anxiety and Depression Association of America, 1 dari 8 anak bisa memiliki gangguan kecemasan. "Masalahnya bukan karena cemas biasa, tapi anak Ibu menganggap ada sesuatu yang lebih mengancam, berbahaya, menakutkan, dan lebih menyusahkan daripada kenyataan yang terjadi,” jelas Dr. David Russ, yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun merawat anak-anak dengan gangguan kecemasan.

Gejala yang bisa terjadi pada anak penderita gangguan kecemasan adalah memiliki keluhan fisik seperti sakit perut, nyeri otot, nyeri dada atau kelelahan, saat marah meledak-ledak, atau bahkan melakukan perlawanan, memiliki kebiasaan atau ritual yang aneh atau takhayul, mengalami gejala diare yang tidak normal, serta harus diyakinkan mengenai hal yang sama secara berulang-ulang.

Saat anak sedang mengalami gangguan kecemasan, logika dan penalaran yang pertama kali dilakukan orangtua adalah membantu mereka merasa lebih baik. Orangtua mencoba menggunakan berbagai alasan untuk meyakinkan anak bahwa tidak ada alasan untuk merasa cemas. Tapi hal ini justru tidak akan membuat mereka tenang.

“Kuncinya adalah memberikan informasi dan pengalaman pada anak untuk membuktikan sesuatu yang mereka cemaskan ternyata tidak benar. Dengan membimbing anak-anak untuk mengikuti pengalaman dan menunjukkan bahwa hal mengerikan yang mereka takuti tidak akan terjadi, hal itu membantu menghilangkan rasa ancaman pada anak. Dengan begitu, kegelisahan akan hilang karena ancamannya hilang,” saran Dr. Russ.

Ada beberapa pilihan pengobatan untuk anak dengan gangguan kecemasan. Pertama, pastikan tidak ada masalah medis yang terlibat dengan kegelisahannya, karena bisa saja masalah yang mendasar tersebut memicu gejala fisiknya, dan karena itu, memicu fobianya. Pilihan kedua adalah menemui terapis atau dokter spesialis agar anak bisa mendapatkan perawatan Cognitive-behavioral therapy (CBT) dan exposure and response prevention (ERP), yang terbukti efektif untuk mengatasi kecemasan.

Dr. Russ juga mendorong orangtua untuk bersabar dan bersiap kelelahan, karena menghadapi anak dengan gangguan kecemasan memerlukan usaha dan proses yang panjang untuk melatih pemikiran mereka agar kembali normal. Jika sudah merasa kewalahan, orangtua dianjurkan untuk secepatnya mencari bantuan supaya bisa mengetahui apakah kecemasan anak berada dalam tingkat normal atau memerlukan perawatan.

Sementara itu, dalam merawat anak yang mengalami gangguan kecemasan, orangtua diharapkan untuk selalu tenang saat rasa cemas menyerang, akui apapun perasaan anak saat itu, pujilah mereka jika melakukan kemajuan sekecil apapun, hindari memberikan hukuman jika mereka mengalami kemunduran atau semakin merasa cemas, serta buat rencana untuk membantu mengelola kegelisahan anak.

Meski berat, Dr. Russ yakin gangguan kecemasan pada anak bisa diatasi. “Ada banyak harapan untuk anak-anak dengan gangguan kecemasan. Begitu Ibu mendapatkan perawatan yang tepat, biasanya akan mendapatkan hasil yang baik."