Pengobatan Alternatif Lebih Berisiko bagi Pasien Kanker?

By Dini Felicitas, Kamis, 24 Agustus 2017 | 07:30 WIB
Pengobatan alternatif lebih berisiko bagi pasien kanker? (Dini Felicitas)

Nakita.id - Takut dioperasi, ditambah tingginya biaya pengobatan di rumah sakit, seringkali membuat banyak penderita kanker memilih pengobatan alternatif. Sayangnya, keputusan ini justru akan menimbulkan risiko tinggi bagi kelangsungan hidup mereka.

Sebuah penelitian dari Yale School of Medicine mengungkapkan, pasien kanker yang memilih pengobatan alternatif daripada perawatan di rumah sakit memiliki kemungkinan 2,5 kali lebih tinggi meninggal dalam lima tahun setelah didiagnosis. Penderita kanker payudara yang mengandalkan pengobatan alternatif dengan menggunakan herbal, homeopati, atau kristal energi untuk mengalahkan penyakitnya, 5,68 kali lebih berisiko mengalami kematian dini.

Lalu, sebanyak 41% dari penderita kanker paru-paru yang menerima pengobatan konvensional, bertahan setidaknya selama lima tahun setelah diagnosis. Sementara hanya 20% dari mereka yang memilih pengobatan alternatif yang mampu bertahan selama itu.

Untuk kanker usus, hanya 33% penderita yang menggunakan "perawatan" seperti homeopati yang bertahan lima tahun ke depan, sedangkan pasien yang menerima pengobatan di rumah sakit, seperti kemoterapi, dan mampu bertahan selama lima tahun, jumlahnya mencapai 79%.

"Obat alternatif yang digunakan bisa berupa tumbuhan, homeopati, makanan khusus atau kristal energi, yang pada dasarnya hanyalah batu yang dipercaya orang memiliki kekuatan penyembuhan,” jelas Dr. Skyler Johnson, penulis penelitian ini.

Profesor John Bridgewater, seorang ahli onkologi di University College London Hospital, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan banyak pasien lebih suka menjalani diet khusus, daripada menjalani pengobatan konvensional. Padahal belum ditemukan bukti bahwa diet saja benar-benar akan menyembuhkan penyakitnya.

Penelitian dilakukan dengan menganalisis pasien di US National Cancer, yang meliputi kanker payudara, prostat, paru-paru, dan usus yang belum menyebar. Dari jumlah tersebut, 281 pasien memilih pengobatan alternatif. Sementara 560 pasien menjalani pengobatan kanker konvensional, yang terdiri atas kemoterapi, radioterapi, operasi, atau terapi hormon.

Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata pasien memiliki kemungkinan 2,5 kali lebih tinggi meninggal dalam lima tahun setelah diagnosis, jika mereka memilih pengobatan alternatif.

Dari penelitian ini, Dr. Johnson mengungkapkan bahwa pasien yang memilih pengobatan alternatif pada umumnya lebih nyaman secara finansial. “Pengobatan alternatif tidak terdengar mahal, tapi bila melakukannya melalui jasa penyedia layanan, tagihannya tetap saja lumayan besar. Orang-orang sebenarnya membayar lebih banyak uang untuk pengobatan alternatif daripada perawatan standar.”