Ajarkan Anak untuk Tidak Selalu Harus Menyenangkan Orang Lain

By Dini Felicitas, Selasa, 29 Agustus 2017 | 23:00 WIB
Ajarkan anak untuk berani berkata ()

Nakita.id - Karena dianggap masih kecil dan belum berpengalaman, anak-anak sering dipaksa untuk melakukan hal yang tidak diinginkan. Anak yang berani mengatakan "tidak" kepada orang lain bahkan sering dianggap anak yang tidak sopan. Padahal berani menolak keinginan orang lain sama sekali tidak bisa diartikan tidak sopan.

Elaine Swann, seorang pakar etiket, berpendapat ada kesalahpahaman bahwa bersikap sopan berarti seseorang tidak dapat memiliki pendapat. Fokus sebenarnya adalah bagaimana seharusnya kita berkomunikasi. Tidak hanya melalui kata-kata, tapi juga dengan ungkapan, nada, dan bahasa tubuh.

"Ibu bisa mengatakan apa saja kepada siapa saja -tapi perhatikan nada bicara Ibu. Kesopanan yang sehat berakar pada keanggunan, dan rasanya menyenangkan. Tetapi keinginan untuk menyenangkan orang lain biasanya berasal dari ketakutan atau kegelisahan, dan itu menguras tenaga," kata Swann.

Anak-anak harus belajar bahwa tidak masalah bagi mereka untuk memiliki pendapat atau keinginan berbeda dengan orang lain. Tetapi membesarkan anak-anak yang bebas menyuarakan pendapat bisa sedikit menantang bagi orangtua. Karena itulah, apa yang orangtua contohkan pada anak-anak jauh lebih ampuh daripada kata-kata.

Penting bagi orangtua untuk menunjukkan kepada anak-anak bagaimana mengatakan "tidak setuju" dengan sopan, dan jujur terhadap perasaan mereka, serta saat meminta pertolongan. Tunjukkan kepada mereka bahwa ketidaksepakatan tidak berarti harus berakhir dengan buruk, misalnya dengan mengatakan, "Asyik ya liburan ke gunung, tapi saya lebih suka ke pantai".

Sama halnya saat meminta bantuan. Daripada menunggu bantuan terlalu lama tanpa mendapat balasan, lebih baik memintanya secara baik-baik. Baik anak-anak maupun orang dewasa kadang tidak tahu apa yang dibutuhkan orang lain kecuali mereka diberitahu.

Saat anak memiliki konflik dengan temannya, orangtua juga sebaiknya tidak perlu ikut campur. Simone Marean, co-founder dan direktur pelaksana Girls Leadership mengatakan, saat orangtua ikut campur maka anak belajar bahwa dia tidak mampu menangani situasi itu tanpa bantuan orangtua.

"Satu-satunya cara mereka mendapatkan keterampilan ini adalah jika kita mundur dan membiarkan mereka berlatih," ujar Marean.

Komunikasi Sangat Penting Jika dari kecil anak sudah "dipaksa" untuk mengikuti keinginan orang lain, maka secara tidak sadar mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang hanya menyenangkan orang lain. Menurut kata Stephen Hinshaw, ketua bersama Scientific Research Council di Child Mind Institute dan profesor psikologi di UC Berkeley, saat anak menjadi lebih terhubung dengan kebutuhan orang lain daripada kebutuhannya sendiri, maka akan berkembang perilaku yang hanya menyenangkan orang lain.

“Sikap semacam ini berbahaya, terutama untuk anak perempuan. Gadis remaja saat ini lebih berisiko untuk mengembangkan perilaku merusak diri sendiri. Karena itu memiliki rasa mandiri dan sehat pada usia dini sangat penting,” Jelas Hinshaw.

Komunikasi antara orangtua dan anak adalah penangkal ampuh untuk kesopanan yang tidak sehat ini. Bila sering bertukar cerita dengan anak, orangtua menunjukkan bahwa mereka benar-benar tertarik pada kesukaan atau pendapatnya. Mintalah anak untuk ikut memecahkan masalah yang sedang dihadapi ayah atau ibu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka.

Menurut Marean, intinya adalah orangtua harus merasa yakin anak-anaknya sadar dan tahu apa yang mereka inginkan atau tidak mereka inginkan, serta tahu persis bagaimana mengatakannya.