Ibu yang Pernah Pre-Eklamsia Berisiko Terkena Panyakit Jantung

By Dini Felicitas, Minggu, 10 September 2017 | 23:00 WIB
Pengidap pre-eklamsia juga berpotensi memicu penyakit jantung. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Ibu hamil yang mengalami pre-eklamsia tidak hanya bisa membahayakan diri dan bayi yang dikandungnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ternyata potensi mereka menderita penyakit jantung juga lebih tinggi.

Peneliti di Mayo Clinic menemukan fakta bahwa perempuan yang pernah mengalami pre-eklamsia cenderung tinggi menderita aterosklerosis, kondisi di mana terjadi pengerasan dan penyempitan pada arteri, bertahun-tahun setelah melahirkan. Aterosklerosis sendiri merupakan penyebab utama terjadinya serangan jantung, stroke, dan penyakit kardiovaskular.

“Kami menemukan bahwa akibat dari pre-eklamsia bisa terus mengikuti ibu bahkan bertahun-tahun setelah melahirkan. Kabar baiknya adalah kita dapat menggunakan temuan ini untuk menentukan faktor risiko sebelum penyakit kardiovaskular muncul,” Dr. Vensa Garovic, yang bekerja di divisi Nephrology dan Hypertension menjelaskan.

Penelitian dilakukan menggunakan catatan kesehatan dari Rochester Epidemiology Project untuk mengidentifikasi 40 perempuan pasca-menopause dengan riwayat pre-eklamsia, dan membandingkannya dengan 40 perempuan dengan tekanan darah normal selama kehamilan. Selain melalui tes darah, peneliti juga melihat ketebalan dinding arteri partisipan.

Dari hasil penelitiannya, mereka menemukan bahwa perempuan yang memiliki riwayat pre-eklamsia memiliki dinding arteri yang lebih tebal daripada mereka yang tidak mengalaminya. Hasil penelitian ini telah dikonfirmasi dalam sebuah studi terhadap 10 teks yang berbeda.

"Bahkan jika tidak memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, perempuan yang mengalami kehamilan pre-eklamsia menghadapi risiko aterosklerosis yang lebih tinggi beberapa dekade setelah menopause," kata Dr Garovic.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil sebuah studi terbaru yang menemukan bahwa ibu hamil yang mengalami kondisi yang mengancam diri dan janinnya, dapat menderita kondisi yang berisiko lainnya di kemudian hari. Karena itu, para peneliti mengatakan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap partisipan ketika prediksi terhadap risiko aterosklerosis benar-benar terjadi.

Pre-eklamsia biasanya mulai terjadi saat usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan tekanan darah yang tinggi. Kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba atau perlahan, dan bisa menimbulkan kekhawatiran bagi keselamatan ibu dan anak.

Kondisi ini dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh ibu justru menolak dan mengancam kehidupan bayi di rahim. Itulah mengapa jika pre-eklamsia tidak terdeteksi, dan cukup sering terjadi, bisa berisiko tinggi membuat ibu meninggal saat melahirkan.